KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi sekitar 2,11% pada November. Namun untuk tahun ini, IHSG bulan depan diyakini sanggup ditutup pada zona hijau dan berpotensi up tren hingga 4,18%. Merunut pada pergerakan indeks dalam lima tahun terakhir, indeks November cenderung didominasi koreksi. Lihat saja di 2013 IHSG November ditutup koreksi 5,63%, sedangkan 2014 sempat menguat 1,18%, selanjutnya 2015 indeks kembali koreksi 0,19%, begitu juga 2016 yang koreksi 5,04% dan 2017 koreksi 0,89%. Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, secara keseluruhan tren IHSG sejak Januari 2013 hingga sekarang cenderung menguat. Sehingga, meskipun indeks November bisa dikatakan sebagai tren candle stick merah, namun tahun ini cenderung sideways.
"Saya pikir, untuk November mendatang, indeks bergerak konsolodasi atau sideways dengan rentang support 5.550 dan resistance 5.995," jelas Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (25/10). Meskipun begitu, dia mengakui pelaku pasar menyadari terdapat beberapa sentimen yang bakal pengaruhi pergerakan market di bulan depan. Khususnya, meninjau pergerakan indeks baik dari faktor eksternal maupun domestik. Sentimen domestik yang bakal mendominasi pergerakan indeks bulan depan di antaranya, data inflasi Oktober, data inflasi inti, pertumbuhan ekonomi, data neraca perdagangan, rapat Gubernur Bank Indonesia (BI), catatan defisit transaksi berjalan.