JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih dibayangi penurunan lebih dalam lagi untuk jangka pendek. Kondisi terburuk, BUMI bisa mendekati level terendah pada Januari 2009, yakni di kisaran Rp 470 - Rp 500 per saham. "Penurunannya bisa lebih berat. Apalagi kalau melihat masih banyak investor asing yang melepas BUMI dibandingkan yang mengoleksi. Kalaupun ada yang mengoleksi, kebanyakan investor lokal," ujar analis AM Capital Janson Nasrial, Kamis (30/8). Pada perdagangan hari ini, BUMI ditutup pada harga Rp 630 per saham atau turun 5,97% dibandingkan harga pembukaan Rp 650 per saham. Meski ditutup turun, BUMI sempat menyentuh posisi tertinggi hari ini di level Rp 730 per saham. Institusi asing yang melepas saham BUMI pada perdagangan hari ini antara lain, UOB senilai Rp 38,5 miliar, OSK Nusadana senilai Rp 8,2 miliar, Credit Suisse senilai Rp 8,2 miliar, dan UBS senilai Rp 4 miliar. Menurut Janson, merosotnya saham BUMI tak lepas dari rendahnya kemampuan EBITDA perseroan membayar utang (debt). "Debt over EBITDA BUMI 3,2 sementara rata-rata industri 1. Artinya, BUMI membutuhkan waktu sekitar 3,2 tahun untuk melunasi utang sedangkan rata-rata industri 1 tahun," papar Janson. Meski demikian, ia menilai untuk jangka menengah, BUMI masih punya peluang berbalik arah. Kenaikan harga bisa kembali dialami BUMI. "Sebetulnya aset management-nya bagus. Hanya saja, debt management-nya yang tidak ok," papar Janson. Sementara itu secara teknikal, Analis Sucorinvest Central Gani Pang Tek Djen mengungkapkan BUMI mengalami kecenderungan melemah dengan potensi berbalik arah kecil. Tren turun ini bakal berlangsung untuk jangka menengah dan panjang. Beberapa indikator teknikal seperti weekly MACD, monthly MACD, dan stochastic oscillator (SO) memberikan sinyal bearish alias turun. "Level support di harga Rp 400 atau Rp 500 per saham sedangkan level resistance di harga Rp 920 per saham," kata Tek Djen. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Analis: BUMI bisa turun lebih dalam lagi
JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih dibayangi penurunan lebih dalam lagi untuk jangka pendek. Kondisi terburuk, BUMI bisa mendekati level terendah pada Januari 2009, yakni di kisaran Rp 470 - Rp 500 per saham. "Penurunannya bisa lebih berat. Apalagi kalau melihat masih banyak investor asing yang melepas BUMI dibandingkan yang mengoleksi. Kalaupun ada yang mengoleksi, kebanyakan investor lokal," ujar analis AM Capital Janson Nasrial, Kamis (30/8). Pada perdagangan hari ini, BUMI ditutup pada harga Rp 630 per saham atau turun 5,97% dibandingkan harga pembukaan Rp 650 per saham. Meski ditutup turun, BUMI sempat menyentuh posisi tertinggi hari ini di level Rp 730 per saham. Institusi asing yang melepas saham BUMI pada perdagangan hari ini antara lain, UOB senilai Rp 38,5 miliar, OSK Nusadana senilai Rp 8,2 miliar, Credit Suisse senilai Rp 8,2 miliar, dan UBS senilai Rp 4 miliar. Menurut Janson, merosotnya saham BUMI tak lepas dari rendahnya kemampuan EBITDA perseroan membayar utang (debt). "Debt over EBITDA BUMI 3,2 sementara rata-rata industri 1. Artinya, BUMI membutuhkan waktu sekitar 3,2 tahun untuk melunasi utang sedangkan rata-rata industri 1 tahun," papar Janson. Meski demikian, ia menilai untuk jangka menengah, BUMI masih punya peluang berbalik arah. Kenaikan harga bisa kembali dialami BUMI. "Sebetulnya aset management-nya bagus. Hanya saja, debt management-nya yang tidak ok," papar Janson. Sementara itu secara teknikal, Analis Sucorinvest Central Gani Pang Tek Djen mengungkapkan BUMI mengalami kecenderungan melemah dengan potensi berbalik arah kecil. Tren turun ini bakal berlangsung untuk jangka menengah dan panjang. Beberapa indikator teknikal seperti weekly MACD, monthly MACD, dan stochastic oscillator (SO) memberikan sinyal bearish alias turun. "Level support di harga Rp 400 atau Rp 500 per saham sedangkan level resistance di harga Rp 920 per saham," kata Tek Djen. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News