Analis: Buy untuk saham ISAT



JAKARTA. Pada awal Juni lalu, PT Indosat Tbk (ISAT) telah resmi mencatatkan obligasi dan sukuk berkelanjutan I Tahap II 2015 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Besaran obligasi dan sukuk tersebut diketahui mencapai Rp 3 triliun.

Rencananya, sekitar 75,6% dana hasil emisi obligasi akan digunakan untuk pelunasan sebagian atau seluruh utang (refinancing) ISAT, baik yang berdenominasi dolar maupun rupiah. Pinjaman yang akan dibayar oleh perusahaan antara lain, PT Bank Central Asia Tbk sebesar Rp 300 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar Rp 325 miliar, dan PT BNP Paribas Indonesia sebanyak Rp 150 miliar.

Selain kepada pihak perbankan, ISAT juga akan melunasi pinjaman dari PT Sarana Multi Infrastruktur sebanyak Rp 100 miliar atau seluruhnya, dan piutang PT Indonesia Infrastructure Finance dan PT Sarana Multi Infrastruktur sebesar Rp 455 miliar. Serta Guaranteed Notes (GN) sebesar US$ 53,85 juta atau setara dengan Rp 700 miliar.


Aksi korporasi guna melakukan refinancing utang tersebut menurut analis Sucorinvest Central Gani, Inav Haria Chandra, tidak serta merta akan menurunkan beban bunga ISAT. Ia menjelaskan bahwa beban bunga akan berkurang atau tidak sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Oleh karena itu, jika suku bunga naik maka kemungkinan besar beban bunga akan ikut naik.

“Penurunan beban bunga ISAT tergantung dari suku bunga. Jika suku bunga naik, beban bunga bisa naik. Tapi kalau total utang akibat dari penjualan obligasi ini seharusnya tidak berbeda jauh,” tutur Inav.

Untuk itu, ungkap Inav, hingga akhir tahun 2015 ini, ISAT mencoba untuk mengurangi kontribusi utang dalam mata uang dollar AS agar beban bunga perusahaan menjadi lebih ringan dan tidak kena imbas dari fluktuasi nilai tukar. Saat ini utang ISAT dalam rupiah dan dollar AS masing-masing berkontribusi 50% dengan jumlah utang Rp 23,33 triliun. Ditargetkan utang rupiah berkontribusi 80% dan dollar AS hanya 20%.

Tampaknya tekanan pelemahan rupiah benar-benar menjadi momok menakutkan bagi ISAT. Meski pada kuartal I-2015 perusahaan menorehkan kenaikan pendapatan sebesar 5,5% YoY menjadi Rp 6,09 triliun, di saat yang sama ISAT juga mencetak rugi bersih sebanyak Rp 426,83 miliar sebagai dampak dari rugi selisih kurs yang mencapai Rp 688,41 miliar.

Sedangkan posisi Debt to Equity Ratio (DER) sebagai imbas dari penjualan obligasi ini, berusaha dipertahankan oleh perusahaan maksimum sebesar 2,50 pada 31 Maret 2015. Berdasarkan laporan keuangan ISAT kuartal I-2015 di keterbukaan informasi BEI, rasio utang terhadap ekuitas perusahaan berhasil ditahan di angka 1,68 dengan jumlah ekuitas sebesar Rp 13,87 triliun.

Analis Danareksa Securities, Lucky Ariesandi dalam riset 26 Mei 2015 menilai kenaikan pendapatan hingga 5,5% tersebut disebabkan pertumbuhan yang terjadi di semua lini bisnis ISAT. Seperti di bisnis seluler ISAT yang dilaporkan mengalami kenaikan pendapatan 5% YoY menjadi Rp 4,90 triliun berkat peningkatan penggunaan data internet dan jasa layanan nilai tambah atau Value Added Service (VAS).

“Penggunaan data internet tumbuh 4% YoY yang disumbangkan dari peningkatan bisnis transponder dan layanan komunikasi Multi Protocol Label Switching (MPLS) berbasis serat optik,” jelas Lucky.

Kendati demikian, menurut Lucky, kinerja keuangan ISAT sangat rentan terhadap pergerakan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar. Saat ini utang forex perusahaan sebesar 34% atau US$ 300 juta belum memiliki lindung nilai.

Hingga akhir tahun nanti, Leonardo Henry Gavaza analis Bahana Securities dalam riset 26 mei 2015 memprediksi ISAT mampu mengalami pertumbuhan pendapatan hingga 6,54% YoY menjadi Rp 25,66 triliun dari sebelumnya Rp 24,09 triliun. Selain itu, ISAT juga diprediksi untuk memperoleh laba bersih sebesar Rp 132 miliar.

“Angka ini jauh lebih baik dibandingkan laporan keuangan tahun 2014 yang mengalami rugi bersih Rp 1,99 triliun akibat dari kenaikan beban operasional untuk kasus hukum IM2,” terang Hendy.

Proyeksi ini, Ia berikan seiring dengan modernisasi jaringan telekomunikasi nasional. Selain itu, persaingan di sektor telekomunikasi juga diperkirakan masih akan stabil dengan data pricing sebagai kunci pengembangan infrastruktur data untuk ke depannya.

Para analis kompak merekomendasikan Buy untuk saham ISAT. Henry mematok target harga di Rp 5.150, Inav di Rp 5.800, dan Lucky di target price Rp 4.200. Pada penutupan bursa hari ini, saham ISAT mengalami kenaikan 3,40% di level Rp 3.805.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto