JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencatat kinerja positif di kuartal I-2015. Laba bersih SSIA meroket hingga 1.545,8% menjadi Rp 204,3 miliar dibanding periode sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 12,4 miliar. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan mengatakan bisnis kawasan industri memang sangat prospektif tahun ini. Hal ini seiring dengan upaya pemerintah mendorong investasi asing ke dalam negeri, mengingat investasi menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia . Steven menjelaskan, ada beberapa hal yang menyumbang pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Diantaranya tingkat konsumsi masyarakat, belanja pemerintah, serta ekspor dan impor. Namun, ketiga penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut tidak bisa diandalkan lantaran beberapa kendala. Pertama, belanja masyarakat kini sedang turun lantaran ada penurunan daya beli. Kedua, belanja pemerintah akan lebih besar untuk membayar utang dan belanja pegawai negeri. "Belanja infrastruktur sebenarnya paling produktif, namun anggarannya kecil," lanjut Steven. Indonesia juga sulit menggenjot ekspor lantaran harga komoditas sebagai andalan ekspor sedang turun. Untuk itu, harapan terakhir untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan mendorong investasi asing. Secara langsung investasi ini bisa dilakukan pihak asing dengan membangun pabrik di Indonesia. Adanya potensi investasi asing ini menjadi keuntungan tersendiri bagi pengembang kawasan industri yang lahannya sudah siap. Maklum, untuk menjual kawasan industri, pengembang harus mengolah lahannya terlebih dahulu, termasuk menyediakan infrastruktur seperti listrik, air, dan pembuangan limbah. Steven menilai positif pencapaian kinerja SSIA di kuartal pertama tahun ini. Padahal per akhir tahun 2014, laba bersih SSIA justru melorot 40% menjadi Rp 415,2 miliar. Naiknya laba SSIA di kuartal pertama didorong oleh pertumbuhan pendapatan sebesar 43,5% menjadi Rp 1,35 triliun. Pendapatan unit usaha properti yang sebagian besar didominasi oleh kawasan industri melonjak hingga 274,7% menjadi Rp 296,5 miliar. Steven menduga, tahun lalu banyak investor yang masih wait and see untuk membeli lahan industri SSIA, mengingat adanya pemilihan umum. Padahal para investor tersebut sudah menandatangani kontrak kesepakatan. Setelah pemilu usai dengan damai, maka penjualan lahan yang tercatat dalam pendapatan SSIA pun tumbuh pesat. SSIA telah mendapat izin akuisisi 2.000 ha lahan di Subang, Jawa Barat. Tahun ini perseroan menargetkan bisa mengakuisisi 500 ha lahan. Per akhir April 2015, SSIA telah berhasil mengakuisisi 200 ha atau 40% dari target akhir tahun. "Sepertinya SSIA mengejar target akuisisi untuk menyiapkan diri ketika investor mulai masuk," imbuh Steven. Dengan prospek yang sangat positif, Steven pun merekomendasikan buy saham SSIA. Pada perdagangan Jumat (8/5) harga saham SSIA naik 2,56% ke level Rp 1.200 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Analis: Buy untuk saham SSIA
JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencatat kinerja positif di kuartal I-2015. Laba bersih SSIA meroket hingga 1.545,8% menjadi Rp 204,3 miliar dibanding periode sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 12,4 miliar. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan mengatakan bisnis kawasan industri memang sangat prospektif tahun ini. Hal ini seiring dengan upaya pemerintah mendorong investasi asing ke dalam negeri, mengingat investasi menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia . Steven menjelaskan, ada beberapa hal yang menyumbang pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Diantaranya tingkat konsumsi masyarakat, belanja pemerintah, serta ekspor dan impor. Namun, ketiga penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut tidak bisa diandalkan lantaran beberapa kendala. Pertama, belanja masyarakat kini sedang turun lantaran ada penurunan daya beli. Kedua, belanja pemerintah akan lebih besar untuk membayar utang dan belanja pegawai negeri. "Belanja infrastruktur sebenarnya paling produktif, namun anggarannya kecil," lanjut Steven. Indonesia juga sulit menggenjot ekspor lantaran harga komoditas sebagai andalan ekspor sedang turun. Untuk itu, harapan terakhir untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan mendorong investasi asing. Secara langsung investasi ini bisa dilakukan pihak asing dengan membangun pabrik di Indonesia. Adanya potensi investasi asing ini menjadi keuntungan tersendiri bagi pengembang kawasan industri yang lahannya sudah siap. Maklum, untuk menjual kawasan industri, pengembang harus mengolah lahannya terlebih dahulu, termasuk menyediakan infrastruktur seperti listrik, air, dan pembuangan limbah. Steven menilai positif pencapaian kinerja SSIA di kuartal pertama tahun ini. Padahal per akhir tahun 2014, laba bersih SSIA justru melorot 40% menjadi Rp 415,2 miliar. Naiknya laba SSIA di kuartal pertama didorong oleh pertumbuhan pendapatan sebesar 43,5% menjadi Rp 1,35 triliun. Pendapatan unit usaha properti yang sebagian besar didominasi oleh kawasan industri melonjak hingga 274,7% menjadi Rp 296,5 miliar. Steven menduga, tahun lalu banyak investor yang masih wait and see untuk membeli lahan industri SSIA, mengingat adanya pemilihan umum. Padahal para investor tersebut sudah menandatangani kontrak kesepakatan. Setelah pemilu usai dengan damai, maka penjualan lahan yang tercatat dalam pendapatan SSIA pun tumbuh pesat. SSIA telah mendapat izin akuisisi 2.000 ha lahan di Subang, Jawa Barat. Tahun ini perseroan menargetkan bisa mengakuisisi 500 ha lahan. Per akhir April 2015, SSIA telah berhasil mengakuisisi 200 ha atau 40% dari target akhir tahun. "Sepertinya SSIA mengejar target akuisisi untuk menyiapkan diri ketika investor mulai masuk," imbuh Steven. Dengan prospek yang sangat positif, Steven pun merekomendasikan buy saham SSIA. Pada perdagangan Jumat (8/5) harga saham SSIA naik 2,56% ke level Rp 1.200 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News