KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas pagi ini cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan
Trading Economics, harga emas pasar spot merosot 0,58% ke level US$ 2.412 per ons troi pada Selasa (21/5) pukul 10.40 WIB. Padahal sebelumnya, harganya menguat 0,85% ke level US$ 2.434 per ons troi pada Senin (20/5).
Baca Juga: Cuan 18,47% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (21 Mei 2024) Analisis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer, mengindikasikan adanya potensi koreksi yang cukup besar dalam harga emas saat ini, namun ia menyampaikan bahwa situasi ini masih bisa dimanfaatkan oleh investor yang menyukai analisa jangka pendek. Fischer mencatat bahwa harga emas saat ini menunjukkan potensi penurunan. Meskipun dalam beberapa minggu terakhir emas mengalami tren
bullish yang kuat, beberapa kejadian baru-baru ini telah menciptakan ketidakpastian yang mempengaruhi sentimen pasar. “Salah satu kejadian utama adalah kecelakaan helikopter yang menimpa Presiden Iran, Ebrahim Raisi, yang dianggap sebagai pemimpin garis keras dan calon pemimpin tertinggi Iran berikutnya,” kata Fischer dalam riset hariannya, Selasa (21/5).
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 5.000 ke Rp 1.358.000 Per Gram, Selasa (21/5) Menurutnya, kecelakaan yang melibatkan Presiden Iran ini menimbulkan spekulasi bahwa ada keterlibatan pihak-pihak tertentu, termasuk Israel. Jika terbukti ada hubungan dengan Israel, maka harga emas diperkirakan akan melonjak kembali, didorong oleh ketidakpastian politik dan permintaan aset
safe haven. Fischer menjelaskan, adanya ketidakstabilan di Timur Tengah sering kali mendorong permintaan untuk aset
safe haven seperti emas. Ketegangan yang meningkat, termasuk potensi konflik antara Israel dan Iran serta situasi militer antara Rusia dan Ukraina, menambah tekanan pada pasar. Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa faktor
lain yang mendukung harga emas adalah ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS. Data inflasi AS yang lemah untuk bulan April telah meningkatkan harapan bahwa bank sentral akan mulai memangkas suku bunga paling cepat pada September 2024. Ekspektasi ini telah mendorong reli yang lebih luas di pasar logam mulia, termasuk emas.
Baca Juga: Makin Cuan Investasi Emas dengan Aplikasi BRImo Fischer juga menyoroti bahwa ketakutan terhadap kemungkinan pecahnya Perang Dunia III akibat kecelakaan tersebut menjadi perhatian utama investor. Jika ketegangan meningkat dan ada bukti keterlibatan Israel, maka harga emas diprediksi akan kembali naik signifikan. “Namun, untuk saat ini, pasar masih dalam fase penyelidikan dan menunggu perkembangan lebih lanjut dari situasi ini,” kata dia. Dari sisi analisis teknikal, Fischer menggunakan metode
candlestick dan trendline untuk memprediksi pergerakan harga emas. Menurutnya, meskipun belum ada berita signifikan yang muncul hari ini, pola candlestick menunjukkan potensi koreksi. “Tren emas yang sebelumnya berada dalam kondisi
bullish yang kuat, sekarang perlu diwaspadai karena adanya tanda-tanda penurunan,” kata Fischer. Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 5.000 ke Rp 1.358.000 Per Gram, Selasa (21/5) Meski begitu, Fischer menyebutkan bahwa pada hari ini, Selasa (21/5) harga emas mencapai rekor tertinggi dalam perdagangan di Asia. Emas pasar spot naik hampir 1% ke level tertinggi US$ 2.440,56 per ons troi, sementara
gold futures yang akan berakhir pada bulan Juni mencapai rekor tertinggi US$ 2.444,55 per ons troi. Selain emas, logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan. Platinum futures naik 0,2% menjadi US$ 1.096,50 per ons troi, sementara silver futures melonjak 3,2% ke level tertinggi lebih dari 11 tahun di US$ 32,285 per ons troi.
Fischer melihat, kenaikan harga logam-logam tersebut didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga AS tahun ini serta meningkatnya permintaan dan pasokan yang lebih ketat, terutama pada logam industri. Secara keseluruhan, Fischer bilang, meskipun ada potensi penurunan harga emas dalam jangka pendek, faktor-faktor geopolitik dan kebijakan moneter global tetap memberikan dukungan terhadap harga emas. Namun, investor diharapkan tetap waspada dan mempertimbangkan analisis jangka pendek untuk mengantisipasi volatilitas pasar yang tinggi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto