Analis: Ekspansi, Grup Astra tak mau ketinggalan momentum



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Astra tengah memasang mode ekspansi. Perusahaan gencar mengucurkan pendanaan untuk diputar kembali melalui anak usahanya.

Pekan ini, entitas usaha Astra, yaitu PT Tuah Turangga Agung memperoleh pinjaman US$ 51 juta dari PT Pamapersada, yang merupakan anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR). Sebelumnya, 6 April lalu, UNTR juga mengucurkan pinjaman untuk PT Acset Indonusa Tbk (ACST) senilai Rp 1,6 triliun. Pinjaman itu untuk modal kerja seluruh proyek

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, dari segi waktu, tahun ini merupakan waktu yang tepat untuk berekspansi. Sebab, kondisi makro mendukung. "Rencana ekspansinya bahkan sudah sejak lama, tahun ini baru mulai direalisasi," ujar Edwin kepada KONTAN, Jumat (20/4).


Selain itu, Grup Astra juga tak mau ketinggalan momentum membaiknya rating utang Indonesia dari sejumlah lembaga pemeringkat international seperti Moody's Investor Services. Hal itu membuat kupon obligasi menjadi lebih murah, sehingga cost of fund yang perlu ditanggung emiten bisa ditekan.

Pada saat yang bersamaan, Grup Astra terbilang solid. Perusahaan juga memiliki keuangan yang kuat. Ini yang menjadi alasan rating Grup Astra beserta entitas usaha lainnya masuk dalam rating layak investasi.

"Ini mengapa Seraya Autoraya mencari dana melalui obligasi," lanjut Edwin. Sebagai informasi, bulan ini, PT Serasi Autoraya bakal menerbitkan obligasi senilai Rp 500 miliar. Dana hasil obligasi untuk modal kerja.

Duit cash Grup Astra terbilang besar. ASII per Desember 2017 memiliki kas dan setara kas Rp 31,57 triliun, naik 7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 29,36 triliun. Anaknya, UNTR tak kalah besar. Kas dan setara kasnya naik 7% menjadi Rp 20,83 triliun dari tahun sebelumnya Rp 19,46 triliun.

Dana sebesar itu justru akan lebih menguntungkan jika diputar melalui entitas usahanya ketimbang diendapkan di instrumen deposito. Bunga deposito satu tahun paling tinggi per 20 April saja hanya 6,5%. Sedangkan, internal rate of teturn (IRR) pendanaan yang dikucurkan Grup Astra bisa lebih dari itu. "IRR bisa sekitar 13%," imbuh Edwin.

Kondisi makro, terutama sektor konstruksi dan batubara yang mendukung tahun ini tentu akan membuat pengembalian imbal hasil itu kian menarik.

Atas fundamental yang menarik itu, Edwin merekomendasikan buy saham ASII dan UNTR. Target harganya masing-masing Rp 8.900 dan Rp 45.000.

Franky Rivan, analis Kresna Sekuritas juga mematok bullish saham ASII. Kinerja ASII tahun ini juga akan ditopang oleh segmen otomotif. "Ini sudah terkonfirmasi secara historis setiap memasuki Pemilu," ujarnya dalam riset 19 April.

Senada dengan Edwin, dia merekoemndasikan buy saham ASII dengan target harga Rp 9.100 per saham.

Jumat (20/4), saham ASII melemah 1,62 poin ke level Rp 7,57 per saham. Sedangkan, saham UNTR naik 1,73% ke level Rp 36.850 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini