Analis: Emas masih dalam trend bullish



KONTAN.CO.ID - Harga emas dunia bergerak sideways dalam perdagangan Jumat (25/8) karena menanti Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi dan Gubernur The Fed Janet Yellen. Akan tetapi, harga emas masih dianggap berada dalam trend bullish. Beberapa analis menyakini, harga logam mulia tersebut berpeluang untuk kembali menguat.

Putu Agus Pransuamitra, Analis PT Monex Investindo Futures mengungkapkan sentimen positif itu datang dari kegaduhan politik dalam pemerintahan Presiden Donald Trump. Kalau misalnya politikus partai Republik itu masih bersikukuh memasukkan anggaran pembangunan tembok pembatas Meksiko dan AS pada pengajuan di bulan Oktober nanti emas masih akan melambung.

“Kekhawatiran akan acaman Trump untuk menutup pemerintahan menjadi sentimen positif buat emas,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (25/8).


Tak hanya dari Negeri Paman Sam, peluang penguatan juga datang dari rencana pemilu Jerman pada bulan September nanti. Biasanya ketegangan yang terjadi saat pemilu cenderung membuat emas yang berperan sebagai aset lindung nilai menguat. Hanya saja sejauh ini kondisinya masih relatif terkendali karena Kanselir Angela Merkel masih lebih unggul.

Sementara itu, Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoints Futures melihat emas masih cukup disokong kondisi fundamental yang kuat. Dari sisi pasokan, produksinya mengalami penurunan. Produksi global emas turun 2% untuk sepanjang tahun ini.

Sebaliknya, permintaan relatif bertambah. Meski sampai kuartal II 2017, permintaan emas global turun 10%. Permintaan China melonjak 56%, tetapi permintaan India terus tumbuh. Kalau pada bulan Juli permintaannya sudah mencapai 550 ton di kuartal III diperkirakan akan bertambah menjadi sekitar 750 ton.

“Secara fundamental masih ada peluang emas menguat di area US$ 1.300 per ons troi,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie