Analis: Emas paling safe haven untuk saat ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emas sebagai safe haven sepertinya paling stabil di tengah gejolak sentimen perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Pada hari ini AS memastikan bahwa impor atas barang-barang China naik 25%

Berdasarkan data Bloomberg Jumat (10/5) pukul 17.10 WIB, harga emas untuk pengiriman Juni 2019 di Commodity Exchange menguat 0,08% ke US$ 1.285 per ons troi dari harga kemarin pada US$ 1,284 per ons troi. Sepekan harga si kuning menguat 0,46% sejak penutupan pasar Jumat (3/5) di level US$ 1.279 per ons troi.

Analis Asia Trade Point Futures, Deddy Yusuf Siregar mengatakan di tengah situasi perang dagang AS-China emas paling unggul di antara safe-haven lainnya. Sebab, ketidakpastian membuat harga emas stabil dan safe haven lainnya fluktuatif.


Berbicara safe haven lainnya pekan ini performa yen dan swiss-france cukup baik. Mengutip Bloomberg, Jumat (10/5) pukul 17.47 WIB pasangan mata uang USD/CHF berada di level 1,0142, sepekan swiss-france tumbuh 0,23% terhadap dollar AS . Sementara, USD/JPY, Jumat (10/5) pukul 17.49 WIB berada di posisi harga 109,86 yang menunjukkan penguatan 1,11% dalam sepekan.

Deddy menilai, pekan depan major currency tersebut kemungkinan akan melemah, sebab JPY dan CHF secara fundamental tidak cukup naik bila berlama-lama menguat terhadap USD. Terutama JPY yang lebih nyaman nilai tukarnya melemah terhadap USD, karena bila terus menguat tidak baik untuk kinerja ekspor Jepang.

Nah, untuk dollar AS sendiri terpantau sudah menguat selama dua minggu berturut-turut. “Secara teknikal pekan depan kemungkinan akan melemah karena aksi ambil untung,” kata Deddy kepada Kontan, Jumat (10/5).

Di sisi lain kemarin AS melaporkan data ekonomi Producer Price Index (PPI) bulanan AS berada di level 0,2% yang berada di bawah pencapaian periode sebelumnya di level 0,6%.

Koreksi USD semakin dalam bila China melawan AS membuat perang dagang makin runyam ditambah situasi geopolitik dari Iran dan Korea Utara yang menambah ketegangan pasar global.

Momentum inilah yang membuat emas akan menguat kembali dibanding safe haven lainnya. Tetapi kata Deddy saat ini bukan waktunya pasar membeli emas, sebab secara tren pada kuartal-II harga emas cenderung melemah. “Saat ini yang punya emas hold, yang belum punya tahan beli sampai kuartal III,” tutur Deddy.

Asal tahu saja, tarif masuk ini berlaku bagi kargo yang meninggalkan China setelah Jumat (10/5) pukul 00.01 waktu setempat. Produk-produk konsumen termasuk telepon seluler, komputer, pakaian, dan mainan akan terkena efek besar.

Sebelumnya tarif impor barang-barang China sebesar US$ 200 miliar, kemudian ditingkatkan menjadi 10% dan direvisi menjadi 25%.Kebijakan ini sudah menjadi bumbu perang dagang AS-China sejak dimulai tahun lalu.

Kemudian pekan ini Presiden AS, Donald Trump kembali mantap dengan langkahnya, apalagi situasi semakin memanas setelah ia menyatakan China telah melanggar kesepakatan dagang.

Namun, negosiasi dagang belum selesai. Ada dua skenario yang dapat terjadi. Pertama negosiasi AS-China hanya sebatas tarif impor atau kedua juga membahas perjanjian lain seperti hak kekayaan intelektual serta bidang teknologi dan informasi.

Deddy menilai pembahasan di luar impor jika mencapai kesepakatan maka pasar bisa bernafas lega. Sementara, masih ada potensi China akan melakukan serangan balik atas tarif impor barang AS. Ia menegaskan bagaimana pun progresnya, emas masih layak sebagi safe haven.

Secara teknikal Deddy mengamati saat ini harga emas bergulir di bawah indikator moving average (MA) 50 dan MA100, tetapi masih di atas MA200 yang menunjukkan harga emas masih berpotensi melemah jangka pendek dan mengaut jangka panjang. Selanjutnya stochastic di area 60 berpotensi menguat. Kemudian relative strength index (RSI) di area 49 berpotensi melemah.

Deddy menilai secara keseluruhan harga emas masih cenderung stabil dan masih safe haven dibanding rival major currency lainnya. Adapun untuk perdagangan Senin (13/5) ia meramal harga emas berada di level US$ 1.280-US$ 1.288 per ons troi. Sementara dalam sepekan di level US$ 1.274-US$ 1.291 per ons troi. Selanjutnya sempai dengan akhir kuartal II di level US$ 1.270-US$ 1.273 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .