KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama 11 bulan pertama di tahun 2017, rata-rata emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hanya mencatat kenaikan harga saham sebesar 0,37%. Secara sektoral, emiten BUMN perbankan jadi primadona dengan kenaikan harga saham rata-rata 48,96%. Berlawanan, rata-rata emiten BUMN konstruksi catat penurunan harga 79,33%. Ke depannya, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee melihat banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh emiten BUMN. Selain pertumbuhan ekonomi yang diprediksikan membaik, emiten BUMN menurutnya akan semakin menarik dengan adanya holding. Pasca-holding emiten bisa meminimalisir persaingan. Asset yang besar dalam payung holding juga memberikan fleksibilitas pinjaman guna menjalankan bisnis. “Jika ada holding, sistem operasional dan finansial perusahaan masih independen. Anggota holding justru bisa bersinergi untuk usaha. Jadi, holding dibuat untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Ada efisiensi dan produk akan semakin variatif,” tambah Riska. Meski demikian, menurut Kepala Riset Oso Sekuritas Riska Afriani beberapa kebijakan pemerintah masih menjadi tantangan bagi emiten BUMN. Pasalnya, setiap kebijakan yang dikeluarkan akan direspons dengan cepat oleh pelaku pasar.
Analis: Emiten BUMN lebih baik ada holding
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama 11 bulan pertama di tahun 2017, rata-rata emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hanya mencatat kenaikan harga saham sebesar 0,37%. Secara sektoral, emiten BUMN perbankan jadi primadona dengan kenaikan harga saham rata-rata 48,96%. Berlawanan, rata-rata emiten BUMN konstruksi catat penurunan harga 79,33%. Ke depannya, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee melihat banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh emiten BUMN. Selain pertumbuhan ekonomi yang diprediksikan membaik, emiten BUMN menurutnya akan semakin menarik dengan adanya holding. Pasca-holding emiten bisa meminimalisir persaingan. Asset yang besar dalam payung holding juga memberikan fleksibilitas pinjaman guna menjalankan bisnis. “Jika ada holding, sistem operasional dan finansial perusahaan masih independen. Anggota holding justru bisa bersinergi untuk usaha. Jadi, holding dibuat untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Ada efisiensi dan produk akan semakin variatif,” tambah Riska. Meski demikian, menurut Kepala Riset Oso Sekuritas Riska Afriani beberapa kebijakan pemerintah masih menjadi tantangan bagi emiten BUMN. Pasalnya, setiap kebijakan yang dikeluarkan akan direspons dengan cepat oleh pelaku pasar.