Analis: Fundamental masih bagus, penurunan indeks lebih karena faktor eksternal



JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan hingga pukul 11.07 masih tertekan. Indeks tercatat turun 0,57% menjadi 3.724,469. Penurunan indeks disebabkan memerahnya seluruh sektor yang ditransaksikan. Penurunan terbesar dialami sektor industri dasar sebesar 1,27% dan sektor konstruksi sebesar 1,03%. Menurut pengamat pasar modal sekaligus wealth motivator Jimmy Dimas Wahyu Indraseno, penurunan yang dialami indeks hari ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal yang berasal dari sentimen negatif bursa regional. "Saya melihat, pemangkasan prediksi pertumbuhan ekonomi AS dan Jepang oleh IMF berdampak signifikan pada penurunan pasar Asia, termasuk Indonesia," jelasnya. Selain itu, ada juga kecemasan lain yang menyangkut masalah peningkatan tingkat radiasi di Jepang yang mencapai level 7. Menurut Jimmy, kondisi ini membuat investor cemas akan terhambatnya pemulihan ekonomi global. Jika bicara mengenai faktor internal, kinerja IHSG sangat baik. Sebab, fundamental Indonesia cukup kuat. "Memang, dalam jangka pendek, ada sejumlah faktor internal yang mempengaruhi bursa. Misalnya saja keputusan Bank Indonesia mengenai tingkat suku bunga pada hari ini. Pasar berspekulasi, BI akan menahan suku bunga seiring terjadinya deflasi pada bulan lalu. Saya rasa itu merupakan langkah yang sangat tepat," urainya panjang lebar. Jimmy meramal, pergerakan indeks hari ini akan berada di kisaran 3.724 hingga 3.745. Perhatikan saham 2nd linerDalam perbincangan dengan KONTAN, Jimmy juga sempat memberikan beberapa rekomendasi bagi para investor. Menurutnya, dengan kondisi pasar yang banyak dipengaruhi faktor eksternal seperti saat ini, sebaiknya investor memilih saham-saham second liner. Sebut saja Kresna Graha Sekurindo (KREN), PT PP (PTPP), BPD Jawa Barat dan Banten (BJBR), dan Bumi Serpong Damai (BSDE). "Jangan memilih saham bluechips yang kenaikannya sudah tinggi karena rentan koreksi," jelasnya. Selain itu, dia juga menyarankan investor untuk masuk ke sektor agribisnis karena sektor komoditas saat ini sedang tertekan seiring penurunan harga emas dan minyak dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie