Analis: Harga batubara bisa cetak rekor US$ 125 per metrik ton



JAKARTA. Harga batubara mencetak rekor terbarunya selama setahun, setelah mengalami kenaikan secara berturut-turut selama tiga hari. Harga batubara di ICE Futures untuk pengiriman Maret 2011 ditransaksikan pada posisi US$ 116,75 per metrik ton. Harga ini naik 1,30% dibanding sehari sebelumnya yang sebesar US$ 115,25 per metrik ton Ibrahim, Analis Askap Futures mengatakan, harga batubara masih memiliki potensi untuk terus mengalami kenaikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu. Diantaranya, kenaikan kebutuhan China yang menggunakan 80% batubara untuk pembakit listriknya. Herry Setyawan, analis Indosukses Futures menambahkan kenaikan harga batubara pada akhir tahun adalah siklus tahunan. Sebab permintaan mengalami kenaikan karena banyak negara yang mengalami musim dingin. “Apalagi tahun ini Eropa mengalami cuaca ekstrim, suhunya lebih dingin dari biasanya,” katanya. Selain itu, menurut Ibrahim, hambatan cuaca buruk menyebabkan pengiriman tertunda. Misalnya saja masalah cuaca di Australia. Catatan saja Australia adalah pengimpor terbesar batubara yang digunakan untuk sumber energi pembuatan baja, dan berkontribusi terhadap 40% perdagangan batubara dunia. Negara ini menempati urutan kedua untuk ekspor batubara yang digunakan sebagai sumber energi setelah Indonesia. Mengikuti harga minyakHerry memperhitungkan pergerakan harga batubara akan mengikuti harga minyak mentah. Apalagi batubara digunakan sebagai sumber energi selain minyak. Herry memperkirakan, minggu ini batubara bisa mencetak rekor baru menjadi US$ 125 per metrik ton. Perhitungan ini sama dengan perhitungan Ibrahim yang menghitung harga batubara akan menembus US$ 125 per metrik ton pada minggu ini. Namun begitu, menurut Herry, tidak menutup kemungkinan harga batubara bisa turun hingga menjadi US$ 100 per metrik ton. Sebab, selain kemungkinan aksi profit taking akhir tahun, Amerika akan mengeluarkan dua data penting dalam minggu ini, yaitu data perumahan dan tingkat inflasi. “Kalau tingkat inflasinya naik, bukan tidak mungkin the Fed akan menaikan suku bungannya,” katanya. Apalagi bulan Desember diperkiarakan inflasi akan meningkat karena naiknya tingkat kosumsi Amerika menjelang liburan akhir tahun dan perayaan besar seperti natal dan tahun baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie