KONTAN.CO.ID - PT Garuda Maintenance Facility (GMF) dalam waktu dekat akan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ini, menawarkan 10,89 miliar lembar saham atau mewakili sebanyak-banyaknya 30% dari saham ditempatkan dan disetor. Berdasarkan paparan publik yang dilakukan senin (11/9), GMF akan melakukan initial public offering (IPO) dan menawarkan sahamnya di harga Rp 390-Rp 510 per saham dengan valuasi PER 14,5-18,9 kali. Adapun dana yang diincar lewat aksi ini adalah sejumlah US$ 200-250 juta. Jika sesuai perkiraan, GMF akan memperoleh surat efektif dari OJK pada 28 September 2017. Masa penawaran umum akan dilakukan pada 2-4 oktober 2017. Pencatatan saham sendiri rencananya akan dilakukan 10 September 2017. Analis Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai, IPO GMF AeroAsia menarik untuk dibidik. Hal ini tak hanya dilihat dari sisi harga, tetapi juga dari valuasi PER saham GMF. PER di kisaran 14,5-18,9 kali menurut Alfred memang lebih rendah dari rata-rata PER IHSG yakni di level 16 kali. Selain itu, GMF juga berhasil menorehkan kinerja positif. Sebagaimana dipaparkan Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto, Senin (11/9), GMF telah mencatatkan pendapatan sebesar US$ 202 juta di kuartal II 2017. Di tahun sebelumnya yakni 2016, pertumbuhan pendapatan GNF cukup tinggi yakni 27,18%. Adapun pendapatan di 2016 tercatat sebesar US$ 389 juta dengan laba sebesar US$ 17,7 juta. Namun demikian, menurut Alfred, buku biru yang dimiliki oleh GMF tak diiringi dengan kinerja positif dari perusahaan induk. GIAA sendiri menurut Alfred tak hanya bermasalah dalam konsistensi biaya, tetapi juga diterpa isu tata kelola keuangan atau good corporate governance (GCG). Secara psikologis, Alfred melihat isu merahnya rapor GIAA akan membebani saham GMF nantinya. "Dari sisi harga menarik. Tapi dengan kondisi holding sekarang harusnya mereka bisa beri diskon yang lebih besar lagi," ujar Alfred. Ditambah lagi, saat ini menurut Alfred cukup banyak perusahaan tercatat di bursa yang juga memiliki PER yang lebih rendah dari PER rata-rata IHSG. Secara sektoral, daya tarik GNF pun ia pandang masih kalah dengan saham sektor komoditas yang sekarang naik daun. Dengan kondisi tersebut, Alfred memandang saham GMF nantinya akan lebih banyak diminati oleh strategic investor, dibamdingkan financial investor. Pasalnya strategic investor punya orientasi jangka panjang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Analis: Harga IPO GMF menarik tapi harusnya diskon
KONTAN.CO.ID - PT Garuda Maintenance Facility (GMF) dalam waktu dekat akan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ini, menawarkan 10,89 miliar lembar saham atau mewakili sebanyak-banyaknya 30% dari saham ditempatkan dan disetor. Berdasarkan paparan publik yang dilakukan senin (11/9), GMF akan melakukan initial public offering (IPO) dan menawarkan sahamnya di harga Rp 390-Rp 510 per saham dengan valuasi PER 14,5-18,9 kali. Adapun dana yang diincar lewat aksi ini adalah sejumlah US$ 200-250 juta. Jika sesuai perkiraan, GMF akan memperoleh surat efektif dari OJK pada 28 September 2017. Masa penawaran umum akan dilakukan pada 2-4 oktober 2017. Pencatatan saham sendiri rencananya akan dilakukan 10 September 2017. Analis Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai, IPO GMF AeroAsia menarik untuk dibidik. Hal ini tak hanya dilihat dari sisi harga, tetapi juga dari valuasi PER saham GMF. PER di kisaran 14,5-18,9 kali menurut Alfred memang lebih rendah dari rata-rata PER IHSG yakni di level 16 kali. Selain itu, GMF juga berhasil menorehkan kinerja positif. Sebagaimana dipaparkan Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto, Senin (11/9), GMF telah mencatatkan pendapatan sebesar US$ 202 juta di kuartal II 2017. Di tahun sebelumnya yakni 2016, pertumbuhan pendapatan GNF cukup tinggi yakni 27,18%. Adapun pendapatan di 2016 tercatat sebesar US$ 389 juta dengan laba sebesar US$ 17,7 juta. Namun demikian, menurut Alfred, buku biru yang dimiliki oleh GMF tak diiringi dengan kinerja positif dari perusahaan induk. GIAA sendiri menurut Alfred tak hanya bermasalah dalam konsistensi biaya, tetapi juga diterpa isu tata kelola keuangan atau good corporate governance (GCG). Secara psikologis, Alfred melihat isu merahnya rapor GIAA akan membebani saham GMF nantinya. "Dari sisi harga menarik. Tapi dengan kondisi holding sekarang harusnya mereka bisa beri diskon yang lebih besar lagi," ujar Alfred. Ditambah lagi, saat ini menurut Alfred cukup banyak perusahaan tercatat di bursa yang juga memiliki PER yang lebih rendah dari PER rata-rata IHSG. Secara sektoral, daya tarik GNF pun ia pandang masih kalah dengan saham sektor komoditas yang sekarang naik daun. Dengan kondisi tersebut, Alfred memandang saham GMF nantinya akan lebih banyak diminati oleh strategic investor, dibamdingkan financial investor. Pasalnya strategic investor punya orientasi jangka panjang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News