Analis: Harga minyak bisa naik ke atas US$ 120



NEW YORK. Harga minyak dunia kembali mendidih dalam beberapa hari terakhir. Pemicunya adalah krisis geopolitik di Irak. Menurut Fadel Gheit, senior energy analyst Oppenheimer, laju harga emas belum akan berhenti. "Saat ini, Irak bertanggungjawab untuk memproduksi sekitar 3 juta barel minyak per hari sebagai suplai minyak dunia. Sehingga, jika Irak berhenti mengekspor minyak, ditambah lagi adanya gangguan suplai dari Libya, situasi di Nigeria, maka diprediksi ada gangguan suplai minyak sekitar 4 juta barel," paparnya. Menurutnya, faktor-faktor tersebut dapat mengerek harga minyak naik lebih tinggi. "Mungkin kenaikannya sekitar US$ 10 hingga US$ 15 dari posisi saat ini," imbuhnya. Asal tahu saja, pada Kamis (12/6), posisi harga minyak berada di level US$ 106,50 per barel dan merupakan level tertingginya dalam enam bulan terakhir. Maka, estimasi tertinggi harga minyak bisa mencapai di atas level US$ 120 per barel."Kita sudah mengalami harga minyak di level US$ 150 lima tahun lalu. Bahkan pada waktu itu tidak ada kejadian hambatan suplai minyak hingga 4 juta barel," jelasnya. Gheit percaya, harga minyak akan naik lebih tinggi lagi. Seberapa besar kenaikannya, tergantung dari faktor suplai minyak dunia. "Tapi yang pasti tingkat produksi minyak Irak akan menurun," kata Gheit.Dia menambahkan, jika tidak terjadi ketegangan politik global, harga minyak diprediksi akan mendekati level US$ 80, bukan US$ 105 seperti saat ini.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie