KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham murah sedang menghinggapi saham sektor properti termasuk harga saham PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. Meski pertumbuhan harga saham emiten dengan kode BEST ini tak jauh berbeda dari harga di akhir tahun lalu, analis menilai fundamental BEST masih baik dan masih menarik karena memiliki valuasi harga yang murah. Pada akhir tahun lalu harga saham BEST berada di Rp 250 per saham. Sedangkan, Selasa (15/5) harga saham BEST berada di Rp 280 per saham. Di tengah pergerakan harga saham yang masih minim, ternyata kinerja BEST menunjukkan fundamental kuat. Pada akhir tahun lalu pertumbuhan penjualan lahan BEST mencapai 120% melebihi target di awal tahun 2017.
Perlahan tapi pasti, pendapatan BEST di kuartal I 2018 melanjutkan pertumbuhan sebesar 13,8% secara year on year (yoy) menjadi Rp 210 miliar. Sementara, laba bersih periode berjalan juga naik 13,8% menjadi Rp 94 miliar. Meski, pertumbuhan kinerja masih tergolong kecil, tetapi Richardson Raymond Analis Sinarmas Sekuritas mengatakan kepada Kontan.co.id, kinerja BEST akan membaik pada kuartal selanjutnya. "Memang kinerja kuartal I biasanya perolehan pendapatan masih kecil, tetapi akan terjadi perbaikan di kuartal berikutnya," kata Richardson, Selasa (15/5). Richardson optimistis kinerja BEST pada kuartal selanjutnya akan membaik karena hingga kuartal I 2018 BEST berhasil membukukan penjualan lahan 4,4 hektare. Mayoritas pembelian lahan dilakukan oleh perusahan mineral dan proyek infrastruktur pemerintah. Selain itu, BEST juga telah mengantongi permintaan lahan dari sektor manufaktur, otomotif, logistik, kimia, dam konsumer seluas 72 hektare. "Sebesar 38% dari permintaan lahan tersebut berasal dari existing tenants sehingga cenderung akan terealisasi," kata Richardson. Tak hanya itu, BEST juga kini memegang 35 hektare penjualan backlog senilai Rp 945 miliar dengan asumsi average selling price atau harga jual rata-rata sebesar Rp 2,7 juta per meter persegi. Fundamental BEST cukup kuat juga terlihat dari pengelolaan dana perusahaan. Joey Faustin Analis PT Indo Premier Sekuritas mencatat BEST berhasil menyelesaikan pinjaman sindikasi dengan pinjaman sindikasi baru senilai US$ 75 juta dan bisa ditinggkatkan hingga US$ 130 juta. Pinjaman tersebut memiliki bunga 5,5% dengan tenor delapan tahun. "Perusahaan berhasil bukukan pembiayaan lebih rendah 25% yoy pada kuartal I 2018 seiring BEST yang telah lunas membayar utang sindikasinya," kata Joey, dalam riset 26 April 2018. Dengan begitu, BEST bisa catatkan posisi kas tertinggi sebesar Rp 705 miliar sejak 2012 yang sebesar 582 miliar. Joey merekomendasikan buy di target harga Rp 380 per saham dengan alasan kinerja BEST akan meningkat di kuartal selanjutnya. Menurut Joey kinerja yang lemah di kuartal I 2018 hanya disebabkan oleh pengakuan pendapatan yang terlambat. Apalagi, BEST memiliki penjualan lahan kembali atau sales back log seluas 35 hektar atau setara Rp 910 miliar. Sementara Joey menilai valuasi harga BEST menarik dan murah karena berada di 4,7 kali PE. Senada, Richardson juga merekomendasikan beli di target harga Rp 420 per saham. Richardson mengatakan kinerja BEST akan mendapat untung dari proyek pembangunan JORR 2 Cibitung-Cilincing dan pembangunan proyek infrastruktur lainnya yang berada dekat di kawasan BEST dan berpotensi beri katalis positif di masa mendatang karena harga tanah bisa meningkat.
"Neraca keuangan BEST sehat karena berhasil membiayai kembali utang mereka dengan bunga pinjaman yang lebih rendah dan jatuh tempo hutang yang lebih panjang," kata Richardson. Menurut Richardson meski sektor properti tengah lesu di tengah pemilihan presiden, tetapi bagi emiten penjualan lahan industri hal tersebut tidak berpengaruh. Bisnis akan tetap tumbuh dan perusahaan masih akan tetap ekspansi dengan membeli lahan. Joey memproyeksikan pendapatan BEST di akhir tahun bisa mencapai Rp 1,25 triliun dengan laba bersih mencapai 572 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sofyan Hidayat