Analis: Harga SUN akan bergerak terbatas



JAKARTA. Pada perdagangan Selasa (13/12) kemarin, harga surat utang negara (SUN) masih mengalami tren penurunan. Menurut situs Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), harga rata-rata obligasi pemerintah yang tercermin dari INDOBeX Government Clean Price terlihat menrun sebesar 0,21% dari penutupan hari sebelumnya ke level 111,63

Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra mengatakan, penurunan harga pada perdagangan kemarin dikarenakan masih berlanjutnya aksi ambil untung yang dilakukan oleh para investor jelang rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

Selain itu, ia juga melihat koreksi harga SUN pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh pergerakan imbal hasil surat utang dunia. “Surat utang global terlihat mengalami kenaikan dibandingkan dengan posisi penutupan di akhir pekan,” terang Made.


Meskipun demikian, penurunan harga tidak diikuti oleh volume transaksi yang besar. Made merasa, pelaku pasar masih cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi di perdagangan kemarin. “Investor lebih mencermati hasil dari pelaksanaan rapat Dewan Gubernur Bank Sentral AS dan juga rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia,” kata dia.

Bergerak terbatas

Di pasar sekunder, pergerakan harga surat utang negara (SUN) pada Rabu (14/12) diramalkan akan bergerak terbatas jelang berakhirnya rapat Dewan Gubernur Bank Sentral AS serta dimulainya rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI).

Made bilang, terbatasnya pergerakan harga di pasar surat utang disebabkan oleh pelaku pasar yang masih berfokus terhadap agenda Bank Sentral AS dan BI. “Analis memperkirakan, The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada kisaran 0,25%-0,75%. Sementara rapat Dewan Gubernur BI yang akan berakhir pada hari Kamis (15/12) akan mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75%,” papar Made.

Meskipun demikian, Made meihat, dari dalam negeri, masih berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing menjadi katalis positif bagi pasar SUN. Sejak 30 November hingga 9 Desember 2016, investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 10,10 triliun dengan posisi kepemilikan senilai Rp 666,17 triliun.

“Kepemilikan asing tersebut mengalami peningkatan senilai Rp 1,82 triliun dibandingkan dengan data kepemilikannya pada 8 Desember 2016,” terang Made.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie