Analis: Harga tembaga tak pengaruhi emiten kabel



KONTAN.CO.ID - Sabtu (1/9) harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) mencapai US$ 6.835 per metrik ton, naik 0,69% dari hari sebelumnya. Harga ini juga menjadi harga tertinggi selama satu tahun belakangan. Pada perdagangan Selasa (29/8), harga tembaga juga sempat mencapai rekor tertingi sejak Oktober 2014, yakni di US$6.791 per metrik ton. Kenaikan harga tembaga tentunya berpengaruh kepada sektor industri, salah satunya industri kabel. Tembaga menjadi salah satu bahan baku untuk produksi kabel.

Menurut Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido, kenaikan harga tembaga berpotensi menaikkan beban pokok perusahaan kabel. “Kenaikan harga tembaga itu jadi sentimen negatif buat beberapa perusahaan, salah satunya yang dibidang kabel,” seperti yang diungkapkan Kevin, Kamis (31/8). Pada penutupan perdagangan minggu lalu di hari Kamis, Kevin melihat sudah ada tekanan pada harga saham beberapa emiten kabel. PT KMI Wire & Cable Tbk (KBLI), PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (SCCO), dan PT Voksel Electric Tbk (VOKS) adalah tiga emiten yang mencatatkan penurunan harga saham di perdagangan Kamis. Meski demikian, Kevin menilai kenaikan harga tembaga tak akan berpengaruh besar pada beberapa perusahaan. Terutama perusahaan yang telah mengambil langkah antisipasi atas fluktuatifnya harga komoditas. Kevin menyebut KBLI sebagai contoh. “KBLI tahun 1995 sudah buat pabrik untuk menghasilkan tembaga. Jadi tidak terlalu berpengaruh buat perusahaan yang sudah melakukan produksi tembaga dari jaman dulu,” ujar Kevin. Sejalan dengan hal tersebut, Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada tak menampik bahwa kenaikan harga tembaga akan menjadi perhatian emiten kabel. Berhubung hal ini akan berimbas pada harga kontrak jual dengan para pelanggannya. Hanya saja Reza meyakini bahwa kenaikan harga tersebut tak akan menjadi masalah.

“Kontrak pembelian bahan baku tersebut terutama tembaga kan kontrak jangka panjang yang seharusnya tidak banyak terpengaruh dengan perubahan harga tembaga secara intraday,” ujar Reza. Di sisi lain, emiten kabel menurutnya juga dapat membebankan biaya pembelian dan pengolahan tembaga kepada para pelanggan. Dengan kata lain, harga yang diterima pelanggannya merupakan total harga pembelian, pengolahan, dan marjin yang diinginkan. Adapun kedepannya, selama permintaan masih ada, Reza melihat prospek emiten kabel masih akan bagus. Namun, Reza juga tida mengesampingkan munculnya berbagai tantangan kedepannya, misalnya bagaimana membuat biaya produksi menjadi lebih terkontrol. Sementara itu, Kevin melihat bahwa tantangan dari kenaikan harga tembaga masih mungkin berlangsung hingga akhir tahun nanti.


“Saya pikir dengan tembaga yang memang mencapai rekor tinggi, Q3 dan Q4 masih ada potensi penguatan tembaga ya. Asalkan China masih menurunkan stok tembaga,” ujar Kevin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina