KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah berpotensi mengalami tren penguatan dalam jangka pendek usai pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI). Asal tahu saja, dalam rapat FOMC tadi malam, The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuan AS di level 2,25%--2,50%. The Fed juga memberi pernyataan akan membuka peluang penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Keputusan The Fed diikuti juga oleh BI yang baru saja mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate di level 6,00%.
Berkat sentimen-sentimen tersebut, kurs rupiah di pasar spot berhasil menguat 0,61% ke level Rp 14.183 per dollar AS pada penutupan Kamis (20/6). Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menyampaikan, hasil FOMC dan RDG BI tentu akan membuat rupiah menguat dalam waktu dekat. Lebih khusus dalam kasus The Fed, bank sentral AS tersebut juga memberi pernyataan dovish terkait kebijakan moneternya di sisa tahun ini. “Peluang penurunan suku bunga acuan AS di semester kedua cukup terbuka,” katanya, hari ini. Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, keputusan BI yang ikut mempertahankan suku bunga acuan di level 6% sudah tepat sehingga berdampak baik bagi rupiah. Berkaca pada kondisi saat ini, sangat tidak memungkinkan bagi BI untuk mendahului The Fed dalam urusan menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, tidak semua indikator ekonomi Indonesia mendukung untuk kebijakan tersebut. Misalnya, data
current account deficit (CAD) yang masih mengalami pelebaran. Ditambah lagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tergolong stabil di kisaran 5%. Artinya, ancaman perlambatan ekonomi domestik tidak separah yang diperkirakan sebelumnya. “Dengan kondisi saat ini, BI tentu akan mengedepankan stabilitas perekonomian ketimbang mengejar pertumbuhan,” papar dia. Ekonom Bank Central Asia David Sumual menambahkan, tidak berubahnya BI 7-Day Repo Rate paling tidak membuat
spread dengan suku bunga acuan AS tetap terjaga. Diharapkan pula hal itu akan mendorong aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia, khususnya pasar obligasi lantaran
spread antara yield Surat Utang Negara (SUN) dengan US Treasury masih atraktif. Sekadar catatan, nilai kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) per 19 Juni berada di level Rp 958,76 triliun.
Dari situ, David memperkirakan level wajar bagi rupiah untuk saat ini ada di kisaran Rp 14.150—Rp 14.200 per dollar AS. Sementara itu, Juniman menilai, level wajar rupiah berada di area Rp 14.150—Rp 14.400 per dollar AS jika berkaca pada hasil FOMC dan RDG BI serta sederet sentimen lain yang bakal terjadi dalam jangka pendek. Adapun Deddy memproyeksikan, level yang wajar bagi rupiah di periode terkini berada di rentang Rp 14.180—Rp 14.200 per dollar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto