KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham lapis kedua dan ketiga tengah menjadi sorotan. Sejalan dengan hal tersebut, aktivitas
unusual market activity (UMA) dan suspensi saham meningkat cukup tajam. Sejak awal tahun hingga pekan kemarin, Jumat (15/11), setidaknya tercatat 62 UMA. Jumlah ini naik sekitar 38% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Suspensi bahkan mencatat kenaikan lebih tinggi, mencapai 42% menjadi 110 suspensi selama awal tahun hingga akhir pekan kemarin.
Sejumlah saham juga rajin masuk pantauan Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga berujung pada suspensi. Sebut saja, saham PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) yang kerap terkena suspensi.
Baca Juga: Awas, tiga saham ini masuk radar pengawasan BEI Ada juga saham PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) yang sejak awal tahun sudah disuspensi bursa sebanyak empat kali. Analis menyarankan, investor sebaiknya lebih bijak menyikapi fenomena tersebut. Kenaikan harga yang kencang tak menjamin bikin senang. Pasalnya, belum tentu pergerakan harga mencerminkan fundamental. Terlebih, jika pergerakannya berdasarkan rumor. "Hati-hati dengan saham yang bergerak kencang karena rumor. Itu mengandung risiko," terang Direktur Utama Investa Saran Mandiri, Hans Kwee akhir pekan kemarin. Saham ARTO belakangan memang dihampiri sentimen merger dan akuisisi. Bankir senior Jerry Ng dan pengusaha Patrick Walujo rencananya berkongsi akan mencaplok 51% saham Bank Artos. Pasca akuisisi, Bank Artos kabarnya bakal digiring menjadi bank digital yang melayani segmen menengah dan
mass market menggunakan teknologi. Sentimen ini membuat saham ARTO terbang 1.469% sepanjang tahun ini. Valuasi sahamnya juga meningkat seiring dengan kenaikan harga saham tersebut.
Price to book value (PBV) ARTO tercatat 35,12 kali, jauh lebih mahal dibanding bank besar lain seperti BBCA yang sebesar 4,61 kali. Hans menjelaskan, secara bisnis, ARTO memiliki peluang besar. Terlebih, jika akuisisi dan arah bisnis menjadi bank berbasis digital terwujud. Apalagi, nama-nama yang dikaitkan dengan transformasi ARTO merupakan para profesional yang terbukti telah melakukan terobosan digital di bank sebelumnya. "Namun kembali lagi, investor tetap harus berhati-hati, karena sejauh ini hal tersebut masih spekulasi," imbuhnya.
Baca Juga: Melonjak 583% dalam tujuh hari, saham Gaya Abadi Sempurna (SLIS) masuk UMA Oleh sebab itu, Investor sebaiknya
wait and see hingga
rights issue tuntas dan manajemen baru secara resmi memaparkan rencana bisnis bank ini. Hal lain yang mesti dicermati oleh investor adalah, akuisisi bank ini tidak berimplikasi pada pelaksanaan
tender offer untuk pemegang saham non pengendali. Yang tak kalah penting, investor perlu melihat siapa manajemen sebuah emiten. "Siapa di balik itu semua," tandas Hans. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi