KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada sesi penutupan perdagangan hari Rabu (28/3). IHSG ditutup di level 6.140,83, turun 1,1% dibandingkan hari sebelumnya. Level penutupan IHSG Rabu kemarin sekaligus merupakan level terendah IHSG sejak awal tahun. Jika dibandingkan dengan awal tahun, IHSG sudah turun 3,37%. Pekan lalu, sebenarnya pergerakan IHSG sudah cenderung melemah, cuma masih bisa menemukan momentum dan mencatatkan kenaikan di hari Rabu (21/3) di level 6.312,83. Tak dinyana, dalam sepekan IHSG sudah turun 172 poin.
Vice President Research Artha Sekuritas, Frederik Rasali mengatakan, penurunan yang terjadi di hari Rabu kemarin merupakan sesuatu yang wajar. Pasalnya, di pasar sendiri belum banyak stimulus yang bisa mendorong aksi beli. Selain itu, banyak emiten yang sudah mengeluarkan laporan kinerja 2017 sehingga mendorong investor dalam jangka pendek melakukan
rebalancing terhadap portofolionya. "Kuartal I memang masanya konsolidasi, jadi menurut saya penurunan wajar-wajar saja," kata Frederick. Frederick masih optimistis, lantaran tekanan jual di IHSG tidak sekuat biasanya. Dus, ia yakin IHSG bisa pulih dalam satu atau dua bulan ke depan. Tekanan jual juga ia pandang tidak terlalu kuat dibanding seminggu atau dua minggu yang lalu, karena
opening Senin (26/3) lebih rendah dibanding penutupan sekarang. Investor, menurut Frederick, saat ini sedang mengalihkan dananya ke instrumen lain, seperti dollar Amerika Serikat (AS), meski posisi dollar AS tak terlalu kuat saat ini. Atau kemungkinan beralih ke emas atau obligasi. Meski ia nilai penurunan IHSG ini masih wajar, namun
magnitude-nya berbeda, dalam arti tahun lalu saat market
bullish penurunannya tidak signifikan. Sementara, sekarang IHSG kebetulan sudah sempat rally dan kondisi eksternal tidak mendukung. Dalam jangka panjang, Frederick masih berpendapat IHSG bisa pulih. Sebab, sampai sekarang, IHSG belum mendekati level support 6.108. Minggu depan, menurut Frederick, baru akan terlihat apakah ada sinyal positif atau tidak terhadap IHSG. Dalam jangka panjang, Frederick mengatakan belum menentukan prediksi ressitence, cuma IHSG berpeluang untuk rebound tergantung apakah pekan depan ada stimulus di pasar. Analis Semesta Indovest Sekuritas, Aditya Perdana Putra berpendapat, dilihat dari sisi volume, perdagangan hari Rabu memang didominasi aksi jual yang volumenya tergolong tertinggi sejak awal tahun. Sinyal jual ini tidak berubah karena kondisi tidak mendukung, baik dari sisi domestik maupun eksternal. Dari sisi domestik, investor asing khawatir menyusul kemungkinan pemerintah akan menurunkan tarif tol. "Investor khawatir sikap pemerintah yang "mengintervensi" sektor ekonomi, meski untuk kebaikan bersama, bisa merembet pula ke sektor lain seperti perbankan atau semen, khususnya ke BUMN sehingga ada risiko laba perusahaan tertahan," kata Aditya.
Di sisi lain, dari sisi eksternal, tidak ada yang tahu kondisi global arahnya ke mana. Aditya mengatakan investor sulit untuk mengantisipasi kebijakan tingkat global, karena memang tidak dapat diprediksi. "Yang terjadi investor
cash out dulu,
wait and see, mengalihkan dana ke instrumen lain seperti dollar AS, emas atau obligasi," kata Aditya. Dia menambahkan, "Kalau dikatakan pasar sedang konsolidasi, seharusnya terjadi dua hari yang lalu, ketika IHSG pada tanggal 23 Maret hampir mencapai
moving average (MA) 200 dan menguji support 6.200. Namun, hari ini
support-nya balik lagi ke 6.100 dan besar kemungkinan menembus di bawah MA 200."
Support, menurut Aditya, memang masih di level 6.100. Namun, jika ada pelemahan lagi, maka level
support-nya bisa tembus ke 6.080. Sedangkan level
ressitance untuk jangka panjang masih bisa di atas 6.200 atau 6.300. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie