JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi pertama hari ini, Rabu (25/9) turun 66,7 poin atau turun 1,5% menjadi 4.393,71. IHSG sesi kedua pun diprediksi masih akan dalam zona merah. Teuku Hendry Andrean, Analis Danpac Sekuritas memproyeksikan, IHSG sesi II berpotensi bergerak dalam teritori negatif dengan level support kuat diperkirakan ada di level 4.377 "Penyebabnya minim katalis dari domestik sementara sentimen negatif datang dari eksternal yaitu isu ketidakpastian The Fed Tapering yang kembali menyeruak," jelas Hendry kepada KONTAN, Rabu (25/9). Dia juga bilang sentimen lainnya terkait perdebatan masalah plafon utang Amerika Serikat yang diprediksi akan berlangsung alot hingga deadline pada 1 Oktober mendatang. Dia pun memperkirakan level resistance di 4.444. "Rekomendasi saham untuk sesi kedua boleh dicermati saham LPKR, PGAS, ADHI serta BMTR," jelas Hendry. Dimas Adrianto, Analis Asjaya Indosurya Securities bilang nilai tukar rupiah yang masih melemah dan investor asing yang kembali melakukan net sell dengan nilai yang besar, diperkirakan IHSG pada sesi kedua masih akan berada posisi melemah. "Perekonomian Indonesia jangka pendek kami perkirakan menjadi perhatian utama pelaku modal karena masih akan memberi tekanan bila belum menunjukkan perbaikan," jelasnya. Dimas menjelaskan dana asing yang masuk cukup besar pada pekan lalu yang mengangkat IHSG cukup tinggi kembali berangsur-angsur keluar karena belum ada kepastian membaiknya kinerja perekonomian Indonesia dalam jangka pendek. Dimas memperkirakan IHSG bergerak melemah terbatas dengan rentang support 4.360 dan resistance 4.490. Saham yang menjadi pilihannya adalah CPIN, MLPL, SRIL, BORN, ASRI, CTRP dan SCMA. Dia juga mewanti pada pekan depan, 1 Oktober, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia. Inflasi yang rendah atau malah deflasi dan defisit neraca perdagangan yang berkurang atau malah surplus akan menjadi indikasi positif sedangkan bila terjadi sebaliknya akan kembali memberi tekanan. "Hasil lelang SUN kemarin, sedikit menunjukkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia jangka panjang," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Analis: IHSG sesi kedua minim katalis
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi pertama hari ini, Rabu (25/9) turun 66,7 poin atau turun 1,5% menjadi 4.393,71. IHSG sesi kedua pun diprediksi masih akan dalam zona merah. Teuku Hendry Andrean, Analis Danpac Sekuritas memproyeksikan, IHSG sesi II berpotensi bergerak dalam teritori negatif dengan level support kuat diperkirakan ada di level 4.377 "Penyebabnya minim katalis dari domestik sementara sentimen negatif datang dari eksternal yaitu isu ketidakpastian The Fed Tapering yang kembali menyeruak," jelas Hendry kepada KONTAN, Rabu (25/9). Dia juga bilang sentimen lainnya terkait perdebatan masalah plafon utang Amerika Serikat yang diprediksi akan berlangsung alot hingga deadline pada 1 Oktober mendatang. Dia pun memperkirakan level resistance di 4.444. "Rekomendasi saham untuk sesi kedua boleh dicermati saham LPKR, PGAS, ADHI serta BMTR," jelas Hendry. Dimas Adrianto, Analis Asjaya Indosurya Securities bilang nilai tukar rupiah yang masih melemah dan investor asing yang kembali melakukan net sell dengan nilai yang besar, diperkirakan IHSG pada sesi kedua masih akan berada posisi melemah. "Perekonomian Indonesia jangka pendek kami perkirakan menjadi perhatian utama pelaku modal karena masih akan memberi tekanan bila belum menunjukkan perbaikan," jelasnya. Dimas menjelaskan dana asing yang masuk cukup besar pada pekan lalu yang mengangkat IHSG cukup tinggi kembali berangsur-angsur keluar karena belum ada kepastian membaiknya kinerja perekonomian Indonesia dalam jangka pendek. Dimas memperkirakan IHSG bergerak melemah terbatas dengan rentang support 4.360 dan resistance 4.490. Saham yang menjadi pilihannya adalah CPIN, MLPL, SRIL, BORN, ASRI, CTRP dan SCMA. Dia juga mewanti pada pekan depan, 1 Oktober, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia. Inflasi yang rendah atau malah deflasi dan defisit neraca perdagangan yang berkurang atau malah surplus akan menjadi indikasi positif sedangkan bila terjadi sebaliknya akan kembali memberi tekanan. "Hasil lelang SUN kemarin, sedikit menunjukkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia jangka panjang," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News