Analis ini ramal harga minyak akan kembali ke US$ 120 per barel



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah dunia sudah turun 8% sepanjang bulan ini. Tapi, ada beberapa pihak yang memperkirakan, kenaikan 40% harga minyak ke US$ 120 per barel pun memungkinkan di tahun ini. 

"Ini adalah pasar yang ketat, selisih permintaan dan pasokannya sedikit," kata Matt Badiali, senior research analyst at Banyan Hill, seperti dikutip dari Marketwatch, Jumat (20/7).

Sekadar mengingatkan, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) di pasar Nymex untuk pengiriman Agustus 2018 ditutup engan penurunan 0,15% ke US$ 68,14 per barel akhir pekan lalu. 


International Energy Agency (IEA) memperkirakan, permintaan minyak global diperkirakan mencapai rata-rata 99,1 juta barel per bari di tahun ini. Sedangkan pasokan global 98,8 juta barel per hari, berdasarkan catatan akhir Juni lalu.

Penopang harga minyak ke depan antara lain terhambatnya pasokan dari Venezuela, sanksi yang menghadang Iran, serta permintaan global yang naik. Sedangkan penghambatnya adalah keputusan OPEC dan negara aliansinya untuk memangkas pengetatan produksi minyak.

Tapi, meskipun OPEC dan Rusia sudah bersepakat akan memompa minyak lebih banyak 1 juta barel per hari, harga minyak pada 29 Juni lalu pun naik ke level tertinggi sejak November 2014, yaitu ke US$ 74,15 per barel.

"Kenaikan produksi tidak akan cukup menutup gap antara permintaan dan pasokan yang meningkat dalam 1,5 tahun terakhir," kata Leigh Goehring, Managing Partner di Goehring & Rozencwajg.

IEA memperkirakan, permintaan minyak dunia akan naik menjadi 100 juta barel per hari di tahun 2019 nanti. 

Tapi, menurut Goehring, Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar di OPEC pun tak akan mengimbangi pertumbuhan permintaan. Saudi diperkirakan menyedot minyak US$ 10,6 juta barel per hari, hanya naik sedikit dari produksinya saat ini 10,3 juta barel per hari. 

Makanya, dia memperkirakan, cadangan minyak akan turun pada kuartal keempat. Dengan begitu, dia memperkirakan, harga minyak mentah bisa kembali ke US$ 100 per barel.

Badiali juga menyoroti banyaknya perusahaan minyak AS yang bangkrut lantaran harga sempat ambrol sampai US$ 30 per barel. Dia yakin, industri tak akan cepat pulih dengan cepat, meski itu perusahaan kuatpun. 

Jika AS menjatuhkan sanksi baru pada Iran pada November mendatang, Badiali bilang, bukan tak mungkin harga minyak mentah WTI naik ke US$ 120 per barel pada musim gugur mendatang. 

"Saya tak percaya, pasar bull minyak sudah berakhir. Saya melihat, penurunan harga minyak saat ini sebagai kesempatan beli," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia