Analis: Investor masih berpeluang cuan di tengah kondisi IHSG saat ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi cukup dalam. IHSG ditutup merosot hingga 1,17% ke level 5.826,87 pada Jumat (17/5). Namun, melihat kondisi itu bukan berarti investor tidak bisa mendapatkan cuan dalam keadaan seperti ini.

Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menjelaskan penurunan IHSG yang terjadi beberapa hari belakangan masih wajar. “Masih banyak emiten di kuartal I 2019 yang mencatatkan kinerja cemerlang,” ujarnya.

Selain itu juga karena faktor lain yang memang biasa terjadi pada bulan Mei, yaitu aksi jual dan kondisi pasar yang lebih sepi pada bulan puasa. Teguh bilang adanya penurunan ini seharusnya dimanfaatkan oleh investor untuk membeli saham dengan harga yang murah.


Menurut Teguh di saat seperti ini investor jangan mencoba tebak-tebak bottom line-nya karena tidak akan bisa. Saat ini posisi turunnya pun sudah terbatas. Seharusnya investor melihat peluang cuan dari posisi up side-nya yang lebih besar dari downside-nya.

“Artinya IHSG yang berada di 5.800 seturun-turunnya 5.500 sudah paling parah. Dari 5.800 ke 5.500 hanya tinggal 300 poin lagi . Di sisi lain kalau pasar pulih dan rebound IHSG akan naik ke 6.500 naiknya bisa lebih dari 1.000 poin,” jelasnya.

Teguh menyarankan investor untuk membeli saham-saham blue chip yang harganya sedang turun Seperti PT Telekomunikasi Tbk (TLKM) dan Bank Negara Indonesia (BBNI). Untuk target IHSG akhir tahun, Teguh masih konservatif di 6.500. 

Menurutnya adanya kondisi perang dagang, IHSG membuktikan masih bertahan cukup lama berada di 6.400an selama tiga bulan lebih dari akhir Januari sampai akhir April. Fenomena penurunan beberapa hari belakang menurut Teguh masih normal.

“Dengan kondisi ini, emiten yang harganya sudah tinggi tetap harus turun dulu. Jadi bisa memberi kesempatan kepada investor untuk membeli sahamnya dengan harga yang terjangkau,” ujarnya.

Senada seperti yang dikatakan analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Secara teknikal pergerakan IHSG pada Juli sudah mulai memasuki fase konsolidasi. Kemungkinan besar Oktober mengalami penguatan signifikan, dilanjutkan dengan November dan Desember. “Jika sentimen trade war sudah mereda akan lebih bagus lagi buat indeks kita,” jelasnya.

Tapi selama pemerintah masih mampu menjaga tingkat stabilitas fundamental domestik yang inklusif dan berkesinambungan maka, di situlah potensi capital inflow akan terbuka lebar.

Nafan juga rekomendasikan TLKM sebagai saham defensif yang menarik dicermati untuk akumulasi beli di target harga jangka pendek hingga panjang secara bertahap di Rp Rp 3.880, Rp 4.200, dan Rp 4.510. Sedangkan BBNI investor dapat lakukan akumulasi beli pada target harga secara bertahap di Rp 8.350 dan 8.475.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .