SAFARI politik presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi para petinggi partai dalam rangka mengurangi paralisis politik kemarin, hanya menjadi sentimen positif temporer bagi pasar modal. Begitu pula pendapat David Cornelis, Head of Research KSK Financial Group, mengenai peristiwa inagurasi Jokowi yang akan terjadi pada Senin, 20 Oktober 2014 besok yang tidak akan menjadi faktor fundamental utama bagi valuasi bursa saham. Sebab, politik bukan zero-sum game seperti pasar modal. Kegaduhan di ranah politik Tanah Air sejatinya sudah meneduh. Hal ini berbeda dengan bursa regional yang masih mengalami turbulensi karena naiknya risiko volatilitas bursa global yang sudah kembali mencapai level tertinggi, sejak krisis euro tahun 2012. Namun, dalam kondisi seperti ini air teduh bisa menenggelamkan. Jadi pelaku pasar harus tetap waspada karena dana asing masih terus keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI). “Apalagi di saat pemerintah kurang bias mengelola ekspektasi pasar yang dapat memunculkan risiko idiosinkratik (dampak yang tak lazim dna di luar dugaan) di bursa dalam waktu dekat,” ujar David dalam keterangan tertulis yang diterima KONTAN, Minggu (19/10).
Analis: Jokowinomik, IHSG edisi inagurasi
SAFARI politik presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi para petinggi partai dalam rangka mengurangi paralisis politik kemarin, hanya menjadi sentimen positif temporer bagi pasar modal. Begitu pula pendapat David Cornelis, Head of Research KSK Financial Group, mengenai peristiwa inagurasi Jokowi yang akan terjadi pada Senin, 20 Oktober 2014 besok yang tidak akan menjadi faktor fundamental utama bagi valuasi bursa saham. Sebab, politik bukan zero-sum game seperti pasar modal. Kegaduhan di ranah politik Tanah Air sejatinya sudah meneduh. Hal ini berbeda dengan bursa regional yang masih mengalami turbulensi karena naiknya risiko volatilitas bursa global yang sudah kembali mencapai level tertinggi, sejak krisis euro tahun 2012. Namun, dalam kondisi seperti ini air teduh bisa menenggelamkan. Jadi pelaku pasar harus tetap waspada karena dana asing masih terus keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI). “Apalagi di saat pemerintah kurang bias mengelola ekspektasi pasar yang dapat memunculkan risiko idiosinkratik (dampak yang tak lazim dna di luar dugaan) di bursa dalam waktu dekat,” ujar David dalam keterangan tertulis yang diterima KONTAN, Minggu (19/10).