Analis: Jokowinomik, IHSG edisi inagurasi



SAFARI politik presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi para petinggi partai dalam rangka mengurangi paralisis politik kemarin, hanya menjadi sentimen positif temporer bagi pasar modal. Begitu pula pendapat David Cornelis, Head of Research KSK Financial Group, mengenai peristiwa inagurasi Jokowi yang akan terjadi pada Senin, 20 Oktober 2014 besok yang tidak akan menjadi faktor fundamental utama bagi valuasi bursa saham. Sebab, politik bukan zero-sum game seperti pasar modal.

Kegaduhan di ranah politik Tanah Air sejatinya sudah meneduh. Hal ini berbeda dengan bursa regional yang masih mengalami turbulensi karena naiknya risiko volatilitas bursa global yang sudah kembali mencapai level tertinggi, sejak krisis euro tahun 2012. Namun, dalam kondisi seperti ini air teduh bisa menenggelamkan.

Jadi pelaku pasar harus tetap waspada karena dana asing masih terus keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI). “Apalagi di saat pemerintah kurang bias mengelola ekspektasi pasar yang dapat memunculkan risiko idiosinkratik (dampak yang tak lazim dna di luar dugaan) di bursa dalam waktu dekat,” ujar David dalam keterangan tertulis yang diterima KONTAN, Minggu (19/10).


Sementara itu paling tidak tiga kejadian penting dalam jangka pendek yang ditunggu oleh investor yang juga dapat menciptakan risiko sistemik di pasar. Pertama, tanggal 22 Oktober bertepatan dengan pengumuman kabinet. Pasar terutama akan lebih menyorot mereka yang duduk di kementerian sektor yang erat dengan ekonomi dan keuangan.

Kedua, tanggal 29 yang berrtepatan dengan pengumuman bank sentral Amerika Serikat (AS), yakni The Fed. Ketiga, tanggal 1 November yang berkaitan dengan pemangkasan subsidi harga bahan bakar minyak (BBM).

Lalu mengenai total pembelian bersih investor asing tahun 2014 ini, hingga Jumat pekan lalu (17/10) tercatat sebesar Rp 42,4 triliun. Kalau sepanjang Oktober sudah terjadi penjualan bersih Rp 6,1 triliun.”Yang perlu menjadi perhatian investor di pasar modal adalah pada sepekan lalu di saat indek harga saham gabungan (IHSG) naik 143 poin, tidak pernah didapati di BEI adanya pembelian bersih oleh investor asing,” beber David.

IHSG minggu lalu sudah naik 3%. Di sisi lain, pada minggu lalu dalam lima hari berturut-turut investor asing mencatatkan penjualan bersih mencapai Rp 2,3 triliun. Ini adalah sinyal negatif yang tak disadari oleh pelaku pasar. Menariknya lagi adalah, penjualan asing terbesar sebesar 30% dari total penjualan di pekan lalu, justru terjadi di hari Jumat ketika terjadi pertemuan positif antara Jokowi dan Prabowo yang melambungkan IHSG 1,8%.

Efek Presiden

Secara historis dalam tujuh kali inagurasi presiden RI, imbal hasil IHSG dari H-1 hingga H+1 hanya menghasilkan rerata positif 0,8% dan rerata negatif 0,9% dalam sepekan pascainagurasi. Sambutan pasar modal tertinggi pernah terjadi saat inagurasi presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 15 tahun lalu. Kala itu apresiasi pasar sebesar 5,5%.

Sementara pada saat inagurasi presiden selanjutnya, yakni presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri, IHSG justru melemah. Kala itu IHSG memerah sebesar 0,7%.

Contoh lain, pada saat dua kali inagurasi presiden RI, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pada dua kali inagurasi yang terjadi pada tahun 2004 dan 2009, IHSG kompak melemah, masing-masing 1,4% dan 0,8%.

Dus, saat ini pelaku pasar menunggu "Efek Jokowi" jilid III di H+1 nanti. Pelaku pasar tanda tanya, apakah IHSG dapat membumbung dengan persentase menyamai rekor kenaikan saat Gus Dur inagurasi, yakni menjadi 5.300. Atau sebaliknya, IHSG justru akan melemah seperti pasca inagurasi Megawati maupun SBY. Jika pelemahan yang terjadi, kemungkinan IHSG akan melemah ke level dukungannya kisaran 4.882—4.912.

Namun, akan seperti apa level IHSG pasca inagurasi Jokowi, menurut David yang penting para pengisi kabinet harus sesuai bidang dan kapabilitasnya untuk memenuhi target Jokowi. Menurutnya target perrtumbuhan ekonomi Indonesia 7% baru akan tercapai di tahun 2017. Lantas target jangka panjangnya, jika pertumbuhan 7% itu tercapai, IHSG meluncur ke target level 9.000 di tahun 2019.

Sementara target kenaikan IHSG jangka pendek saat ini menutup  lubang terdekat di atas posisi saat ini. Hanya dengan apresiasi IHSG sebesar 1,9% sudah cukup membalikkan tren penurunan selama dua pekan terakhir menjadi tren naik. Tingkat dukungan dan tahanan IHSG untuk sepekan ini adalah di level 4.841—5.124. Sementara saham-saham pilihan selektif teknis seperti ADHI, ADRO, BBRI, BBTN, TLKM, WSKT, WTON.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina