JAKARTA. Rencana Bank Indonesia (BI) masuk ke obligasi korporasi sebagai strategi pengelolaan likuiditas dilihat analis obligasi PT Nusantara Capital I Made Adi Saputra cukup sulit dilakukan. Salah satu hal yang menjadi masalah adalah dasar penetapan rating bagi perusahaan yang akan diserap obligasinya. “meskipun obligasi korporasi tersebut memiliki peringkat AAA, risiko yang diterima BI tetap besar karena peluang default itu ada,” terang Made. Di sini, pertanggungjawaban bank sentral akan berat mengingat dana tersebut milik pemerintah dan jumlahnya tidak sedikit. Jika terpaksa masuk ke obligasi korporasi, Made menyarankan sebaiknya obligasi itu adalah milik perusahaan yang berstatus sebagai Badan usaha Milik Negara (BUMN). Di sini, tanggung jawab BI tak terlalu besar karena jika perusahaan tersebut bangkrut, pemerintah tetap menjadi salah satu penanggung jawab.
Analis: Kebijakan moneter BI sulit dilakukan
JAKARTA. Rencana Bank Indonesia (BI) masuk ke obligasi korporasi sebagai strategi pengelolaan likuiditas dilihat analis obligasi PT Nusantara Capital I Made Adi Saputra cukup sulit dilakukan. Salah satu hal yang menjadi masalah adalah dasar penetapan rating bagi perusahaan yang akan diserap obligasinya. “meskipun obligasi korporasi tersebut memiliki peringkat AAA, risiko yang diterima BI tetap besar karena peluang default itu ada,” terang Made. Di sini, pertanggungjawaban bank sentral akan berat mengingat dana tersebut milik pemerintah dan jumlahnya tidak sedikit. Jika terpaksa masuk ke obligasi korporasi, Made menyarankan sebaiknya obligasi itu adalah milik perusahaan yang berstatus sebagai Badan usaha Milik Negara (BUMN). Di sini, tanggung jawab BI tak terlalu besar karena jika perusahaan tersebut bangkrut, pemerintah tetap menjadi salah satu penanggung jawab.