Analis: Kekhawatiran ekonomi China mulai mereda



JAKARTA. Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengemukakan saat ini kekhawatiran pasar terhadap perlambatan perekonomian China mulai merada. Kondisi ini memberikan sentimen positif bagi penguatan rupiah untuk meninggalkan posisi Rp 14.000 per dollar AS.

"Kekhawatiran pasar terhadap China mereda, selera risiko (risk appetite) kembali meningkat di pasar keuangan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Kamis (27/8).

Di sisi lain, lanjut dia, peluang kenaikan suku bunga acuan AS di bulan September yang mengecil menambah sentimen pelemahan bagi dollar AS. Salah satu yang menghambat the Fed menaikan suku bunga yakni perlambatan ekonomi China.


"Perlambatan ekonomi China dapat berdampak pada harga-harga barang dan jasa Amerika Serikat," katanya.

Namun, ia mengemukakan bahwa pelemahan dollar AS masih terbatas menyusul pelaku pasar yang masih menunggu data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal kedua tahun ini. Diperkirakan tumbuh 3,2 %, lebih tinggi dari estimasi yang sebesar 2,3 %.

"Data yang lebih bagus dari prediksi dapat memperbesar kembali peluang kenaikan suku bunga the Fed dan mendorong dollar AS menguat," katanya.

Sementara itu, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa penguatan rupiah masih cenderung terbatas menyusul masih minimnya sentimen positif dari dalam negeri.

"Pelaku pasar uang diharapkan tetap mewaspadai jika laju rupiah berbalik arah. Pertumbuhan ekonomi domestik masih belum cukup stabil di tengah kondisi ekonomi global yang masih melambat," katanya.

Di pasar spot pada Kamis (27/8), rupiah menguat 1,01% ke level Rp 13.990,2 per dollar AS. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia melemah 0,18% menjadi Rp 14.128.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto