KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Eskalasi antara Iran dengan Amerika Serikat (AS) memasuki babak baru. Yang terbaru, Iran melancarkan serangan ke AS pada Rabu (8/1) dini hari tadi. Serangan ini berimbas pada pergerakan harga komoditas, salah satunya adalah minyak. Pasca serangan tersebut, harga minyak dunia sempat tembus US$ 65,61 per barel. Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono menilai ketegangan ini lebih kepada perang Presiden AS Donald Trump-Iran ketimbang AS-Iran. Sebab terbunuhnya Jenderal Iran terjadi tidak lama setelah Trump mendapat ancaman impeachment dan memasuki masa pilpres AS. Baca Juga: Volatilitas harga minyak meningkatkan risiko fiskal
Analis: Kenaikan harga minyak dunia bersifat situasional dan jangka pendek
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Eskalasi antara Iran dengan Amerika Serikat (AS) memasuki babak baru. Yang terbaru, Iran melancarkan serangan ke AS pada Rabu (8/1) dini hari tadi. Serangan ini berimbas pada pergerakan harga komoditas, salah satunya adalah minyak. Pasca serangan tersebut, harga minyak dunia sempat tembus US$ 65,61 per barel. Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono menilai ketegangan ini lebih kepada perang Presiden AS Donald Trump-Iran ketimbang AS-Iran. Sebab terbunuhnya Jenderal Iran terjadi tidak lama setelah Trump mendapat ancaman impeachment dan memasuki masa pilpres AS. Baca Juga: Volatilitas harga minyak meningkatkan risiko fiskal