KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir terkait PT Krakatau Steel Tbk (
KRAS) yang berpotensi
default atau bangkrut menuai beragam reaksi. Sebelumnya, Erick bilang, ada 3 langkah restrukturisasi yang perlu dilakukan Krakatau Steel agar terhindar dari kebangkrutan. Salah satunya adalah negosiasi kerja dengan salah satu perusahaan baja Posco. Namun, Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengungkapkan, pernyataan Menteri BUMN tak sejalan dengan fakta kinerja KRAS hingga kuartal III-2021.
Menurut dia, dengan pencapaian laba KRAS hingga kuartal III-2021 yang mencapai Rp 1,05 triliun telah menghasilkan kenaikan kinerja yang cukup signifikan “Hampir semua emiten baja di tahun ini membukukan kenaikan kinerja yang sangat signifikan, bisa dibilang tahun ini adalah kebangkitan baja domestik dan ini adalah hasil dari komitmen pemerintah untuk dukungan terhadap produk baja lokal. Produk baja impor turun, Indonesia mampu mengekspor produk bajanya,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/12).
Baca Juga: Saham KRAS dua kali ARB pasca pernyataan Erick Thohir, investor ritel kecewa Dengan melihat pertimbangan tersebut, dia menilai, meski KRAS memiliki utang yang tinggi namun kalau diproyeksikan bangkrut menurutnya jauh dengan fakta yang ada. Di samping itu, Alfred juga menilai melalui restrukturisasi utang, Krakatau Steel telah mengurangi total beban bunga utang selama sembilan tahun dari Rp 12,3 triliun menjadi Rp 6,7 triliun. Dengan demikian, KRAS telah berhasil menurunkan utang dan perpanjangan tenor lewat restrukturisasi utang sehingga tekanan terhadap pembayaran utang dalam jangka pendek akan berkurang. “Sehingga potensi KRAS untuk menurunkan beban utang sangat banyak seperti
rights issue, monetisasi asetnya seperti
blast furnace, Divestasi aset-aset strategis (anak usaha) dan perolehan laba dari usaha,” jelasnya. Alfred menambahkan, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan perseroan untuk bisa menyelamatkan kinerja perusahaan yakni tahap pertama adalah restrukturisasi untuk menghilangkan potensi
default dalam jangka pendek di mana proses ini sudah berjalan dan berhasil. Untuk potensi
default dalam jangka panjang, KRAS dalam dua tahun berturut-turut telah menghasilkan laba, sehingga hal itu tentu akan menumbuhkan kemampuan pembayaran KRAS terhadap beban utangnya.
“KRAS juga memiliki aset-aset strategis yang bisa di divestasi seperti Anak-anak Usaha. Untuk
blast furnace, sepengatahuan saya sudah di
spin off dari neraca, kalau
blast furnace bisa di monetisasi maka akan ada
recovery,” tambah dia. Di samping itu, ada langkah lain yang bisa dilakukan perseroan yakni melakukan divestasi aset atau melakukan
initial public offering (IPO) anak usahanya dengan nilai optimal. “Untuk penjualan anak usaha yang strategis, kepemilikan mayoritas menjadi keharusan untuk dipertahankan. Seperti aset strategis pada anak usaha KIS (Holding infrastruktur),” tutup dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari