Analis Kompak Rekomendasikan Beli Saham BBRI, Ini Alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih mencatatkan pertumbuhan kredit sekaligus kenaikan laba hingga akhir triwulan I-2024. BRI membukukan laba bersih periode berjalan Rp 15,98 triliun alias tumbuh 2,69% secara tahunan pada kuartal I.

Pada saat yang sama, hingga akhir Maret 2024 tercatat BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 1.308,65 triliun atau tumbuh sebesar 10,89% year on year (YoY). 

Dari penyaluran kredit tersebut, sebesar 83,25% di antaranya atau sejumlah Rp 1.089,41 triliun merupakan portofolio kredit untuk segmen UMKM. Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut berdampak terhadap meningkatnya aset perseroan, dimana tercatat aset BRI mencapai sebesar Rp 1.989,07 triliun atau tumbuh 9,11% YoY.


Apabila dirinci, seluruh segmen pinjaman BRI tercatat tumbuh positif, segmen mikro tercatat tumbuh 10,51% YoY menjadi Rp 622,61 triliun, segmen konsumer tumbuh 11,62% menjadi Rp 193,96 triliun, segmen kecil dan menengah tumbuh 8,06% menjadi Rp 272,85 triliun dan segmen korporasi tumbuh 15,10% menjadi Rp 219,24 triliun.

Baca Juga: Pendapatan 4 Emiten Rumah Sakit Naik Dobel Digit, Cek Rekomendasi Sahamnya

Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis dalam riset terbarunya mengatakan laba bersih BBRI relatif tumbuh stabil yang didukung oleh pendapatan yang kuat sehingga bisa meng-cover pencadangan. Net interest income (NII) tumbuh sehat 16% yang didorong oleh pertumbuhan kredit yang kuat.

Dengan kinerja tersebut, Sucor memberikan rekomendasi beli untuk saham BBRI dengan target harga Rp 6.400. 

"Target harga kami setara dengan 2,8x price to book pada 2024 dengan asumsi return on equity 23% dengan cost to equity 12%," ujarnya dalam siaran pers, Minggu (5/5).

Sementara analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella Siahaan dalam riset terbarunya juga mengatakan, perolehan laba bersih BRI (BBRI) yang juga turun 1,4% secara kuartalan itu sejatinya sedikit di bawah perkiraannya.

Akan tetapi, laba bersih BRI (BBRI) masih in-line dengan perkiraan konsensus, yakni setara 24% dari perkiraan satu tahun penuh.

Namun, Erni menggarisbawahi NIM BRI akan terpengaruh kenaikan suku bunga acuan. Manajemen BRI (BBRI) sendiri telah merevisi target NIM 20 bps lebih rendah menjadi 7,6%-8% dari sebelumnya 7,8%-8%.

 
BBRI Chart by TradingView

Baca Juga: Kinerja Emiten BUMN Karya Masih Berat di Kuartal I 2024, Begini Rekomendasi Sahamnya

Erni mempertahankan rekomendasi buy dengan target harga Rp 7.000 per saham. Target harga ini sendiri lebih rendah dari target sebelumnya Rp 7.150 per saham.

Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan optimisme perseroan mencapai pertumbuhan kredit double digit di tengah era suku bunga tinggi. 

Editor: Tendi Mahadi