KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tren suku bunga masih tinggi, analis menilai dampaknya terhadap kinerja PT Pakuwon Jati Tbk (
PWON) akan relatif minim. Meski begitu, diprediksi tahun ini pertumbuhan kinerja perseroan akan cenderung terbatas.
Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya menilai dampak suku bunga yang tinggi relatif minimal. Sebab mengacu pada kinerja keuangan semester I, pendapatan PWON didominasi pada pendapatan berulang (
recurring income) sebesar 76% yang didorong oleh kenaikan pendapatan sewa dan hotel. "Porsi
recurring income yang dominan dan pertumbuhan yang konsisten dari sewa dan hotel pasca endemi membuat kami optimis PWON hanya terdampak minim dari efek suku bunga tinggi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (17/10).
Sebagai informasi, pendapatan berulang PWON mencapai Rp 2,20 triliun pada semester I 2023 terdiri atas pendapatan ritel mal Rp 1,52 triliun (tumbuh 22% YoY),
office leasing Rp 155 miliar (tumbuh 4% YoY), dan
hospitality Rp 522 miliar (tumbuh 38% YoY).
Baca Juga: Mirae Asset Sekuritas Merevisi Target IHSG Akhir 2023, Saham-Saham Ini Bisa Dilirik Alhasil, segmen tersebut mencatatkan kenaikan 24% dibandingkan semester I 2022 sebesar Rp 1,78 triliun. Sedangkan, dari segmen pengembangan properti justru angkanya menurun 29% menjadi Rp 688 miliar dari sebelumnya Rp 970 miliar. Dengan efek suku bunga tinggi, Cheril memperkirakan penjualan properti PWON masih berpotensi menurun. Selain itu juga sikap investor dan masyarakat yang
wait and see jelang Pemilu. Hanya saja, penurunan tersebut masih dapat diantisipasi dengan proyek-proyek properti investasi seperti pusat perbelanjaan dan hotel. Karenanya, ia memproyeksikan pendapatan PWON berpotensi untuk tumbuh sampai dengan akhir tahun, meskipun terbatas, ke Rp 6,3 triliun. Potensi pertumbuhan itu didukung oleh pertumbuhan pendapatan hotel yang signifikan karena tingginya okupansi hotel dan pusat belanja perseroan. "Apalagi PWON juga baru beli hotel di Bali awal tahun ini dan akhir tahun ada libur Nataru sehingga dengan kondisi endemi akan dongkrak pendapatan hotel maupun pusat belanja," terangnya. Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei sepakat bahwa prospek PWON ke depan tetap positif. Salah satunya dari fundamental perseroan yang positif. Ia menerangkan, meskipun mayoritas produk POWN merupakan
highrise yang memerlukan modal kerja lebih besar dan proses konstruksi yang lebih lama sampai serah terima, tetapi kuatnya pendapatan hotel dan pusat belanja turut menjaga arus kas PWON tetap positif. Berdasarkan laporan keuangan semester I, PWON mencatatkan pertumbuhan arus kas dari aktivitas operasi sebesar Rp 1,24 triliun. Angka itu tumbuh 5,08% dari posisi Desember 2022 sebesar Rp 1,18 triliun. Baca Juga:
Intip Rekomendasi Saham Harum Energy (HRUM) Usai Akuisisi Infei Metal Di sisi lain, PWON merevisi turun target pra penjualan (
marketing sales) tahun ini menjadi Rp 1,3 triliun dari Rp 1,6 triliun. Jono memaklumi hal tersebut lantaran rata-rata
marketing sales emiten properti cenderung stagnan dari tahun lalu, lantaran tahun 2022 merupakan
high-base. Oleh sebab itu, untuk tahun ini diperkirakan kinerja PWON masih akan mendatar dengan pendapatan diperkirakan sebesar Rp 5,9 triliun. Sementara laba bersih diprediksi sebesar Rp 1,8 triliun. "Kinerja PWON ditopang oleh pendapatan sewa pusat belanja dan hotel yang kami prediksi tumbuh
double digit dari tahun lalu," sebutnya.
Meski begitu, Jono merekomendasikan
buy PWON untuk jangka panjang dengan target harga Rp 580. Adapun Cheril juga merekomendasikan
buy PWON dengan target harga Rp 450.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi