Analis: Langkah rights issue GIAA sudah tepat



JAKARTA. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIIA) terus melebarkan sayap bisnisnya. Emiten aviasi pelat merah ini bakal melanjutkan program pengembangan armada sebagai pijakan untuk menghadapi ketatnya persaingan industri penerbangan.Tahun ini, GIAA berencana untuk mendatangkan 24 armada baru yang terdiri dari empat unit Boeing 777-300 ER, tiga unit Airbus A330, 10 unit Boeing 737-800NG, dan tujuh unit Bombardier CRJ1000 NextGen.

Selain itu, anak usaha GIAA, Citilink, juga akan mendatangkan 16 armada baru yang terdiri dari 11 unit A320-200 dan 5 unit ATR-72. Dengan pesawat-pesawat itu, GIAA akan mengoperasikan sebanyak 194 pesawat pada 2015 mendatang.Berbagai upaya dilakukan manajemen demi meneruskan program senilai Rp 4 triliun ini. Salah satu cara yang bakal dilakukan adalah dengan menerbitkan right issue. Ditargetkan, manajemen bakal meraup duit segar senilai Rp 2 triliun melalui pelepasan 10% dari total modal disetor.Muhammad Al - Fatih, Analis Samuel Sekuritas, menilai, right issue GIAA merupakan langkah yang baik. Tapi, GIAA wajib berhati-hati dalam melakukan valuasi nilai sahamnya nanti sehingga kejadian anjloknya harga saham seperti pada IPO GIIA tidak berulang."Waktu IPO harganya, kan, kemahalan. Makanya, sekarang hitung-hitungannya harus teliti mulai dari sisi harga hingga prospek ke depannya bagaimana," jelas Al - Fatih.Dirinya mencontohkan, pesawat yang dibeli dibanderol dengan nominal dollar AS. Tapi, right issue yang diterbitkan menggunakan rupiah. Nah, menurut Al Fatih, hal seperti ini yang wajib dicari kecocokannya sehingga perhitungannya sesuai.

"Jadi, valuasi yang tepat merupakan kunci utama prospek right issue GIAA ke depan. Soalnya, valuasi inilah yang paling dicermati oleh para investor," pungkas Al - Fatih.Agustini Hamid, Analis Recapital Securities memiliki pandangan yang hampir mirip. Menurutnya, right issue merupakan langkah yang tepat bagi GIAA jika ingin berekspansi. Namun, untuk beberapa saat, right issue ini mampu menurunkan harga saham GIAA.Tapi jika tahap konsolidasi selesai, maka saham GIAA bisa kembali rebound sehingga hal ini mampu mneguntungkan investor dan GIAA untuk jangka panjang. "Lagipula, right issue memang hal yang wajib dilakukan jika ingin menjaga rasio utang perusahaan," imbuh Agustini.Jika mengintip laporan keuangan GIAA untuk tahun buku 2012, total lialibilitas dan ekuitas GIAA saat itu masing-masing Rp 1,4 triliun dan Rp 1,11 triliun. Artinya, pada 2012, rasio utang atau debt to equity ratio (DER) GIAA sekitar 1,26 kali. Sementara, DER untuk tahun buku 2011 sekitar 1,19 kali.Rasio utang GIIA untuk kuartal I 2013 juga lebih tinggi, yaitu sebanyak 1,46 kali. Pada periode tersebut, GIAA memiliki total lialibilitas dan ekuitas masing-masing Rp 1,58 triliun dan Rp 1,08 triliun. Tapi, DER ini jauh lebih rendah jika dibandingkan kuartal I 2011 sekitar 2,07 kali, dengan total lialibiltas dan ekuitas masing-masing Rp 1,91 triliun dan Rp 914,25 miliar."Sementara, DER industri penerbangan sekitar dua kali. Tapi memang umumnya nyaris menyentuh angka dua. Soalnya, industri penerbangan, kan, mirip pertambangan yang padat modal," jelas Agustini.Menurut Agustini, right issue penting dijalankan bagi GIAA untuk menjaga agar rasio utangnya tidak berlebihan. Pasalnya, DER GIAA berpotensi mengalami kenaikan.Lihat saja, hingga empat bulan pertama 2013 GIAA sudah mengantongi pinjaman dari sana - sini. Yang pertama, GIAA memperoleh pinjaman dari PT Bank Permata Tbk (BNLI) senilai US$ 70 juta atau setara dengan Rp 680 miliar. GIAA juga memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) senilai US$ 40 juta atau sekitar Rp 388 miliar. Jadi, jika ditotal maka total pinjaman yang sudah diperoleh mencapai Rp 1,06 triliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie