Analis: Level bottom IHSG ada di level 3.800



JAKARTA. Pasar saham Indonesia terus bergejolak di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pada penutupan perdagangan, Senin (28/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terperosok 88,936 point atau sebesar 2,11% ke level 4.120,50. Terhitung sejak awal tahun, indeks telah melorot 21,4%. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD) kemarin melemah 0,04% ke level Rp 14.696 (kurs tengah BI).

Noriko Gaman, kepala riset BNI Securitas mengatakan pergerakan IHSG akan sangat tergantung pada pergerakan nilai tukar rupiah. Jika rupiah terus melemah, maka indeks sulit mengalami penguatan. "Nilai tukar rupiah adalah faktor utama terlepas dari faktor eksternal," kata Norico pada kONTAN, Senin (28/9).

Dia mengatakan, untuk meningkatkan nilai tukar rupiah yang harus diperhatikan adalah bagimana cara meningkatkan cadangan devisa (cadev) sehingga memberikan keyakinan pada investor bahwa otoritas Indonesia berusaha melakukan perbaikan.


Sementara dari sisi pemerintah, kata Noriko, harus bisa mengimplemtasikan kebijakan yang bisa mendorong perbaikan ekonomi di kuartal IV mendatang. Jika pertumbuhan ekonomi di kuartal akhir lebih baik dari kuartal-kuartal sebelumnya, hal itu menunjukkan kepada investor bahwa pemerintah konsisten mengimplementasikan kebijakannya.

Jika pertumbuhan ekonomi meningkat, secara otomatis daya beli masyarakat akan meningkat sehingga pada akhirnya kinerja korporasi akan membaik. "Kinerja korporasi yang baik ini akan mendorong kenaikan indeks," kata Norico.

Oleh karena itu, Norico melihat harus ada bauran kebijakan antara Bank Indonesia (BI) dengan pemerintah agar kebijakan yang dikeluarkan dapat diimplementasikan dengan efektif.

Selain itu, pemerintah juga harus mampu memperbaiki struktur ekonomi seperti menjaga neraca perdagangan dan current account deficit (CAD) dan rasio utang harus dijaga di bawah 50 tehadap GDP.

Sementara faktor eksternal yang menjadi sentimen pergerakan IHSG menurutnya adalah kebijakan dari beberapa negara mitra dagang Idnonesia seperti China dan India. "India rencananya akan menaikkan bea masuk untuk komoditas tertentu yang bisa berdampak negatif terhadap ekspor kita," jelasnya.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menilai pelemahan rupiah terjadi karena ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed serta gejolak ekonomi yang terjadi di China.

Menurutnya, sulit mendorong penguatan rupiah dalam waktu dekat karena gejolak nilai tukar ini terjadi kebutuhan dollar yang tinggi terutama menjelang pembayaran jatuh tempo utang luar dan dalam negeri .

Namun, dia melihat penguatan nilai tukar tetap bisa didorong dengan cara mengurangi penggunaan dollar AS, pengampuan pajak bagi pemilik dollar AS yang ingin masuk ke dalam negeri, penurunan pajak ekspor dan mendorong kerjasama bilateral swap di kawasan regional.

Rupiah belum akan menguat

Senada dengan Hans, David Nathanael, analis First Asia Capital mengatakan rupiah tidak akan mungkin menguat dalam waktu dekat karena pelemahan mata uang bukan hanya terjadi di Indonesia saja tetapi di banyak negara regional akibat penguatan dollar AS.

Menurut David pelemaran nilai tukar tak perlu dilawan. "Yang perlu dilakukan saat ini adalah pemerintah harus fokus mendorong pertumbuhan ekonomi lewat penyerapan anggrana infrastruktur. Dengan membaiknya ekonom maka nilai tukar akan mengikuti," kata dia.

Untuk mendorong pergerakan IHSG, David mengharapkan pemerintah memberikan stimulus ekonomi lewat penurunan harga BBM dan penurunan BI rate. Keduanya dinilai bisa mendorong daya beli masayrakat. Penurunan BI rate ememang bisa berdampak pada outflow. Namun, jika ekonomi sudah kembali membaik maka dana yang keluar itu nantinya akan kembali lagi jika ekonomi Indonesia sudah membaik.

Ketiga analis sepakat, level bottom IHSG belum terlewati. David memperkirakan, level terendah IHSG ada di level 4.000. Sedangkan Norico dan Hans berdasarkan analisis teknikal memperkirakan ada di level 3.800.

Sementara akhir tahun Norico secara optimis memprediksi IHSG akan berada di level 5.000 dan secara pesimis di level 4.600- 5.000. Namun, jika ekonomi bisa di atas 5%, dia optimis indeks bisa di atas 5.000. Adapun David dan Hans menduga IHSG akan berada masing-masing di level 4.800 dan 4.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie