JAKARTA. Mengeringnya likuiditas dollar Amerika Serikat (AS) saat ini menjadi isu terbesar di pasar domestik. Tekanan hebat pada rupiah kini menjadi momok utama perekonomian Indonesia, menggantikan "hantu" lawas yakni masalah krisis Eropa dan perlambatan ekonomi AS. Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities, menilai, saat ini Indonesia tidak layak mengkambinghitamkan masalah Yunani, Spanyol, dan AS sebagai faktor yang memuramkan pasar. "Pasar saham di kawasan tersebut, Selasa kemarin, mengalami kenaikan, bahkan Dow Jones ditutup naik tajam 125.86 poin atau 1.01%," kata Edwin, Rabu (30/5). Dalam pandangan Edwin, saat ini penyebab utama loyonya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru datang dari faktor internal. "Indonesia tengah sekarat, butuh infus berupa likuiditas dollar AS. Jika Bank Indonesia tidak secepatnya memberikan infus dollar AS ke pasar uang, saya khawatir harga dollar AS berpotensi menuju Rp 10.000," papar Edwin. Keterpurukan rupiah menjadi trauma besar masyarakat Indonesia. Krisis moneter tahun 1997/1998 silam juga menjulangkan harga dollar AS hingga memporakporandakan perekonomian Indonesia. Demikian juga krisis tahun 2008, yang sempat menyeret rupiah ke level di atas Rp 10.000.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Analis: Likuiditas valas ketat, pasar sekarat
JAKARTA. Mengeringnya likuiditas dollar Amerika Serikat (AS) saat ini menjadi isu terbesar di pasar domestik. Tekanan hebat pada rupiah kini menjadi momok utama perekonomian Indonesia, menggantikan "hantu" lawas yakni masalah krisis Eropa dan perlambatan ekonomi AS. Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities, menilai, saat ini Indonesia tidak layak mengkambinghitamkan masalah Yunani, Spanyol, dan AS sebagai faktor yang memuramkan pasar. "Pasar saham di kawasan tersebut, Selasa kemarin, mengalami kenaikan, bahkan Dow Jones ditutup naik tajam 125.86 poin atau 1.01%," kata Edwin, Rabu (30/5). Dalam pandangan Edwin, saat ini penyebab utama loyonya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru datang dari faktor internal. "Indonesia tengah sekarat, butuh infus berupa likuiditas dollar AS. Jika Bank Indonesia tidak secepatnya memberikan infus dollar AS ke pasar uang, saya khawatir harga dollar AS berpotensi menuju Rp 10.000," papar Edwin. Keterpurukan rupiah menjadi trauma besar masyarakat Indonesia. Krisis moneter tahun 1997/1998 silam juga menjulangkan harga dollar AS hingga memporakporandakan perekonomian Indonesia. Demikian juga krisis tahun 2008, yang sempat menyeret rupiah ke level di atas Rp 10.000.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News