Analis masih rekomendasikan saham batubara



JAKARTA. Penggunaan bahan batubara secara global makin menurun, ini disebabkan peralihan ke bahan bakar energi terbarukan. Meskipun demikian, prospek industri batubara Indonesia masih kinclong, salah satu sentimennya yaitu batubara Indonesia lebih ramah lingkungan. Analis OSO Sekuritas, Riska Afriani bilang era penggunaan batubara akan segera berakhir, sebab ada pergeseran penggunaan bahan bakar menjadi gas dan energi terbarukan. "Batubara dianggap sebagai bahan bakar yang paling berpolusi," kata Riska kepada KONTAN, beberapa waktu lalu. Tercatat pada 2016, konsumsi batubara global sudah menunjukkan penurunan sebesar 1,7% dibandingkan dengan rata-rata di tahun 2005-2015 yang tercatat meningkat 1,9%. Penurunan konsumsi batubara terjadi hampir di setiap benua kecuali Afrika. Jerman sebagai negara pengguna batubara terbesar di Eropa mencatatkan penurunan 4,3%. Inggris juga turun 52,5%. Dan China sebagai negara konsumen batubara terbesar di dunia mencatatkan penurunan penggunaan batubara dalam enam tahun terakhir, namun penurunan konsumsi batubara di China diimbangi kenaikan konsumsi di India dan Indonesia. Menurut Riska saat ini China terus meningkatkan pemakaian gas alam. National Development and Reform Commission (NDRC) mencatat permintaan gas alam selama empat bulan pertama tahun ini tumbuh 12% dibanding periode sama tahun lalu. "Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah China yang mendorong penggunaan gas alam," katanya. Menurutnya meskipun bahan bakar gas dan energi terbarukan harganya lebih mahal dibandingkan batubara, namun pemerintah China rela untuk merogoh kocek lebih untuk mengurangi polusi. Selain itu ada tekanan dari masyarakat yang meningkat untuk beralih dari batubara ke bahan bakar karbon rendah dan lebih bersih. Meskipun demikian, Riska menilai kebijakan China untuk mengurangi produksi batubara bisa menguntungkan industri batubara Indonesia, sebab dapat mengurangi kelebihan pasokan batubara di pasar. "Program Donald Trump yang ingin kembali menghidupkan batubara ikut mendorong," katanya. Analis Mirae Asset Sekuritas, Andy Wibowo juga bilang saat ini negara Tirai Bambu terus mengurangi emisi sulfur dan nitrogen dioksida dari batubara China yang mengandung abu dan belerang tinggi. "Dengan itu diperkirakan China bakal lebih banyak mengimpor batubara Indonesia untuk dicampur dengan batubara produksi sendiri," ujar Andy. Minat China kepada batubara Indonesia yang lebih ramah lingkunan ini juga bisa dilihat dari aksi yang dilakukan oleh China Investment Corporation (CIC) melakukan konversi utang menjadi saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Menurut Andy harga batubara akhir-akhir ini menguat. Kenaikannya didorong sentimen dari China, yang segera memasuki musim dining. Sebab, datangnya musim dingin akan membuat sungai membeku dan akibatnya pembangkit listrik tenaga air tidak berfungsi. Dan batu bara menjadi alternatifnya. "Sehingga permintaan batubara akan meningkat," kata Andy. Menurut Vice President of Research Indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya bilang peningkatan batubara bukan hanya datang dari China saja, menjelang akhir tahun beberapa negara juga mengalami musim dinging. "Dengan ini maka permintaan akan batubara akan meningkat," ujar William kepada KONTAN beberapa waktu lalu. Dengan sentimen-sentimen tersebut harga batubara akan lebih stabil pada kisaran rata-rata US$ 75 per ton. Karena itu, Andy merekomendasikan overweight untuk sektor batubara. Wiliam juga memprediksi harga batubara akan stabil pada rentang US$ 78 - US$ 85 per ton. Namun karena kenaikannya sudah cukup terbatas maka ada potensi harga batubara bakal menurun dan bermain di bawah US$ 80 per ton. "Penurunan harga minyak juga bisa menekan harga batubara," katanya. Andy menjagokan saham ADRO. Selain fundamentalnya yang solid, batubaranya juga ramah lingkungan. Dia merekomendasikan saham ADRO buy dengan target harga Rp 2.425. Riska juga menjagokan saham ADRO. Sebab, emiten ini sedang fokus untuk menggarap proyek pembangkit listrik. Ada beberapa proyek yang sedang digarap, salah satunya yaitu proyek pembangkit listrik Tanjung Power Indonesia berkapasitas 2x100 megawatt (MW) di Tabalong, Kalimantan Selatan. Dia merekomendasikan buy dengan target harga Rp 2.200. Sementara William menjagokan saham PTBA dan ITMG. Sebab emiten ini sudah banyak melakukan langkah-langkah antisipasi ketika harga batubara turun pada harga terendahnya mereka mulai trading tidak ekspor. Dia merekomendasikan dua saham tersebut Hold ITMG di harga Rp 21.000 dan PTBA di harga Rp 13.800.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan