Analis menilai emiten alat berat tergantung tambang dan perkebunan



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Emiten alat berat masih mencatatkan kinerja yang apik. Hal ini didorong dari harga komoditas yang baik. Salah satu yang paling baik kinerjanya adalah PT United Tractors Tbk.

Hingga kuartal III tahun ini, UNTR mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 32,21% menjadi Rp 61,12 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 46,25 triliun. Adapun laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 61% menjadi Rp 9,1 triliun dari Rp5,6 triliun pada periode yang sama tahun 2017. Sedangkan PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) juga menunjukkan kinerja yang cukup baik di kuartal III-2018. Pendapatan emiten ini bertumbuh 21,51% menjadi US$ 191,33 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 157,45 juta. Dari sisi laba bersih menjadi US$ 12 juta dari pada tahun lalu sebesar US$ 9,59 juta. Jika kedua emiten alat berat sebelumnya mencatatkan kinerja yang cukup solid, lain halnya dengan emiten sejenis PT Intraco Penta Tbk (INTA) yang membukukan kenaikan pendapatan sebanyak 47,36% menjadi Rp 2,24 triliun dari tahun sebelumnya Rp 1,52 triliun.

Meski mengalami kenaikan pendapatan, namun emiten ini masih belum mampu lepas dari kerugian sebesar Rp 232,31 miliar atau lebih tinggi 49,11% dari kerugian tahun lalu Rp 155,79 miliar. Mino, Analis Indo Premier Sekuritas mengatakan untuk bisnis alat berat sangat tergantung dari baik tidaknya sektor pertambangan, perkebunan, konstruksi, kehutanan serta transportasi.


Jika harga komoditas naik maka sektor ini sangat diuntungkan, sebaliknya kalau harga komoditas lagi turun maka sektor ini juga ikut terkena imbas negatifnya. Pembangunan infrastruktur juga akan berdampak positif ke sektor alat berat. “Kenaikan harga komoditas sangat mengangkat kinerja keuangan emiten di sektor ini,” kata Mino, Selasa (13/11). 

Mino menjelaskan, emiten alat berat di sepanjang sembilan bulan tahun ini berhasil membukukan kenaikan pendapatan yang solid. Sementara INTA masih mengalami rugi karena ada lonjakan beberapa item seperti beban keuangan, impairment losses, kergian kurs dan kerugian lain.

“Sampai akhir tahun, menurut saya kinerja masih akan positif seiring masih relatif tingginya harga batu bara. Begitu juga untuk tahun depan, prospek industri alat berat diprediksi masih akan mampu memberikan kinerja positif,” pungkasnya. Mino lebih merekomendasikan saham UNTR karena kinerja yang solid dan paling liquid dari semua emiten di sektor ini ( UNTR free float 40% sedangkan HEXA 21%) dengan target price akhir tahun Rp 47.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini