Analis menilai kenaikan harga minyak dunia hanya bersifat sementara, ini alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren negatif minyak dunia diperkirakan masih belum akan berakhir dalam waktu dekat. Minyak dunia secara fundamental tengah dilanda berbagai permasalahan. Mulai dari persebaran virus corona, perang harga antar produsen, hingga perlambatan permintaan.

Tak ayal, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) sempat anjlok dan berada di level US$ 20,37 per barel pada 18 Maret 2020. Sementara hari ini, Kamis (19/3) pukul 18.45 WIB, merujuk Bloomberg, harga minyak dunia merangkak naik ke level US$ 22,41 per barel atau menguat 10,01%.

Baca Juga: Stimulus bank sentral dunia jadi pengungkit harga minyak


Analis Monex Investindo Futures Faisyal melihat tren positif yang melanda minyak WTI hanyalah tren sementara dan tidak akan berlangsung lama. Menurutnya, kenaikan harga minyak tidak terlepas dari bargain hunting para pelaku pasar karena minyak WTI berada di level US$ 20-an.

“Selain bargain hunting, pasar saat ini juga tengah merespons stimulus yang terjadi di Eropa. Sehingga harga minyak akhirnya kembali menguat setelah anjlok kemarin,” kata Faisyal kepada Kontan.co.id, Kamis (19/3).

Namun Faisyal memperkirakan harga minyak dunia besar kemungkinan tidak akan turun lebih dalam di bawah level US$ 20-an. Hal tersebut dikarenakan level US$ 20-an merupakan level produksi minyak Rusia. Sehingga Faisyal menilai Rusia akan melakukan tindakan agar menjaga harga minyak tidak mendekati level US$ 20-an.

“Rusia tidak akan mau harga minyak dunia berada di bawah US$ 20-an, jelas tidak mau rugi. Sehingga bisa jadi Rusia akan ada intervensi, misalnya dengan mengurangi produksi untuk menjaga harga minyak dunia,” papar Faisyal.

Baca Juga: Harga minyak dunia anjlok, pemerintah belum putuskan untuk turunkan harga BBM

Meski demikian, Faisyal memproyeksikan harga minyak dunia akan berada di level US$ 17 per barel- US$ 25 per barel pada akhir pekan ini. Sementara pada Semester I akan berada di level US$ 15 per barel- US$ 30 per barel selama kondisi fundamental tak kunjung membaik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi