Analis merekomendasikan netral saham Indika Energy (INDY), ini sebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Indika Energy Tbk (INDY) belum sanggup menanjak di tengah tren penurunan harga batubara. Peningkatan produksi menjadi fokus INDY untuk memperbaiki kinerja. 

Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service (Moody's) menyebutkan bahwa perkembangan regulasi di Indonesia dan Tiongkok bisa menekan harga batubara hingga tahun 2020. Moody's menjelaskan ada enam perusahaan batubara yang akan terkena dampak tersebut, salah satunya INDY. 

Berdasarkan laporan keuangan di kuartal I 2019, INDY gagal menorehkan pertumbuhan pendapatan dan laba. Tercatat, pendapatan emiten batubara ini turun 13% ke US$ 700,72 juta dari US$ 809,02 juta di periode yang sama tahun lalu. Sementara, laba bersih melorot 79% menjadi US$ 11,70 juta dari US$ 58,37 juta di periode yang sama tahun lalu. 


Janeman Latul, analis Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia mengatakan, lemahnya kinerja INDY di kuartal pertama disebabkan oleh kelebihan pasokan batubara dengan kalori rendah di pasar sejak akhir tahun lalu hingga awal tahun ini. 

"Sekitar 60% produksi batubara INDY adalah berkalori rendah 4.200-4.500 kcal per kilogram dan indeks harga batubara berkalori rendah turun 22% dari September 2018 hingga Desember 2018," kata Janeman, dalam riset 13 Juni 2019. 

Meski di kuartal I 2019 harga batubara berkalori rendah sedikit membaik, tetapi Janeman memproyeksikan hingga kuartal II 2019 harga batubara belum pulih. Dengan begitu, dia memproyeksikan kinerja INDY ke depan masih akan berat.

Deutsche memperkirakan, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) akan turun 10% secara year on year (yoy) ke US$ 47,6 per metrik ton. Barulah, di 2020, Janeman memproyeksikan harga batubara akan rebound karena pasokan batubara mulai ketat dan harga bisa naik ke US$ 51,5 per metrik ton. 

Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy memproyeksikan, harga batubara di akhir tahun ini tidak akan lebih tinggi dari tahun lalu. Dampaknya, Robertus pun memproyeksikan laba INDY di tahun ini juga tidak akan lebih tinggi dari tahun lalu. 

Selain pelemahan harga batubara, Robertus mengatakan penurunan kinerja juga disebabkan oleh lebih tingginya biaya-biaya yang dikeluarkan emiten ini untuk operasional, beban pokok dan beban keuangan. 

Guna menjaga kinerja, Indika Energy menargetkan akan memacu produksi di semester II 2019. INDY memasang target produksi 34 juta ton di tahun ini. Emiten sektor tambang ini pun akan fokus menjalankan operasional secara efisien dan efektif juga diusahakan dengan menerapkan aplikasi teknologi pertambangan di beberapa proyek.

Sekadar informasi, sejak Januari hingga Mei 2019, INDY mengeduk sebanyak 14,58 juta ton batubara atau naik tipis 1,04% di periode yang sama tahun lalu. "Peningkatan produksi menjadi satu-satunya cara bagi Indika untuk menjaga nilai keekonomiannya," kata Robertus, Kamis (18/7).

Namun, INDY juga perlu mengawasi potensi naiknya biaya operasional terutama dari faktor bahan bakar, suku cadang, dan penyusutan. 

Sejalan dengan rencana peningkatan produksi, Janeman menyebutkan INDY berharap memiliki stripping ratio atau rasio pengupasan lebih tinggi yaitu 6,5 dibanding pada tahun lalu yang berada di 6,3. Dia pun memproyeksikan biaya kas naik 9% untuk 2019. 

Meski Janeman menyadari tahun ini menjadi tahun sulit bagi INDY, bahkan laba bersih diperkirakan masih cenderung di bawah US$ 100 juta, Janeman tetap optimistis pada prospek INDY untuk jangka panjang. "INDY mendapat keuntungan dari banyaknya produksi batubara berkalori rendah yang permintaannya banyak datang dari kawasan Asia," kata Janeman. 

Janeman mempertahankan rekomendasi beli untuk INDY di target harga Rp 2.000 per saham. Dia menilai, valuasi INDY masih murah hingga 2020 di antara perusahaan batubara global. 

Sementara, Robertus tidak memberikan rekomendasi untuk INDY. Sedangkan, mengutip Bloomberg, Analis Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus merekomendasikan netral di target harga Rp 1.800 per saham. Rekomendasi netral juga diberikan Analis Mandiri Sekuritas, Ariyanto Kurniawan dengan target harga Rp 1.900 per saham. 

Hari ini, harga saham INDY menguat 1,86% ke Rp 1.640 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati