JAKARTA. Harga minyak mentah memang telah berhasil menembus level tertingginya sejak September 2015 lalu. Namun tren penguatan ini masih dibayangi beberapa sentimen negatif. Sejumlah melihat adanya sentimen negatif yang bisa mengganjal target harga sebesar US$ 60 per barel yang ditetapkan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). Nanang Wahyudi, analis Finnex Berjangka melihat penguatan dollar AS yang terus terjadi kemungkinan bisa mengganjal harga minyak mentah. Apalagi pada 20 Januari nanti akan dilangsungkan pelantikan Presiden AS terpilih Donald Trump. Kebijakan presiden terpilih yang progresif bisa semakin menguatkan posisi dollar AS.
Analis: Minyak masih dibayangi sentimen negatif
JAKARTA. Harga minyak mentah memang telah berhasil menembus level tertingginya sejak September 2015 lalu. Namun tren penguatan ini masih dibayangi beberapa sentimen negatif. Sejumlah melihat adanya sentimen negatif yang bisa mengganjal target harga sebesar US$ 60 per barel yang ditetapkan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). Nanang Wahyudi, analis Finnex Berjangka melihat penguatan dollar AS yang terus terjadi kemungkinan bisa mengganjal harga minyak mentah. Apalagi pada 20 Januari nanti akan dilangsungkan pelantikan Presiden AS terpilih Donald Trump. Kebijakan presiden terpilih yang progresif bisa semakin menguatkan posisi dollar AS.