Analis Monex meramal rupiah bakal ditutup pada level Rp 14.430- Rp 14.555



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah berhasil menguat pada penutupan Senin (26/11) kemarin, rupiah kembali tertekan pada awal perdagangan hari ini. Pelemahan rupiah terjadi seiring menguatnya indeks dollar.

Menurut data Bloomberg, rupiah kembali terkoreksi 0,14% ke level Rp 14.495 per dollar AS pada pembukaan market hari ini. Meski demikian, pada pukul 12.01 WIB, rupiah berhasil memperbaiki posisinya ke level 14.487 per dollar AS.

Sebagai perbandingan, nilai tukar rupiah berdasarkan data Jakarta Interspot Dollar Rate (JISDOR) menguat 0,32% ke level Rp 14.504 per dollar AS. Adapun pada pukul 08.16 WIB, indeks dollar kembali menguat dan berada di level 97.0680.


Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransu mengatakan pelemahan rupiah pagi tadi sebagai bentuk respon mata uang Garuda terhadap penguatan indeks dollar pada Senin (26/11) kemarin.

“Jelang KTT G-20, pasar mengantisipasi pertemuan antara AS dengan Tiongkok yang nampaknya belum juga mencapai kesepakatan,” ujar Putu. Perang dagang pun disinyalir akan berlanjut pasca KTT G-20 dan mempengaruhi petumbuhan ekonomi global.

Permintaan dollar sebagai safe haven currency pun kian meningkat. Pasalnya bila perang dagang akan berlanjut, AS akan menerapkan tarif impor kembali sebesar US$ 257 miliar terhadap produk-produk Tiongkok di awal Desember nanti. Namun pergerakan dollar dinilai belum stabil karena masih menunggu hasil berbagai perundingan penting dari Eropa, seperti isu Brexit dan defisit anggaran Italia.

Menurut Putu, kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) masih berdampak pada tenaga rupiah sehingga masih terjaga nilai tukarnya hingga sekarang.

Sebelumnya, BI secara tidak terduga menaikan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps). Kebijakan tersebut dinilai sebagai tindakan antisipatif jelang kenaikan suku bunga global yang juga masih simpang siur akibat berbagai pendapat pejabat The Fed yang hawkish.

Putu memproyeksikan rupiah akan ditutup pada level Rp 14.430- Rp 14.555 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie