Analis mulai memangkas target akhir tahun IHSG



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen jelek masih membayangi pasar domestik. Pertumbuhan ekonomi yang tak sesuai ekspektasi dan koreksi rupiah turut membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Melihat tantangan yang masih akan dihadapi, sejumlah analis meninjau ulang target IHSG di akhir tahun ini. Dari 10 analis yang dihubungi KONTAN, empat analis menurunkan proyeksi IHSG dari target semula. Adapun lima analis tidak mengubah target awal dan satu analis menaikkan target IHSG.

Analis Indovest Semesta Sekuritas Aditya Perdana Putra memangkas target IHSG 2018 dari 6.850 menjadi 6.300. Namun dia optimistis pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2–5,3%. "Saya masih melihat downgrade ke 6.300, di mana ada kekhawatiran rencana kenaikan bunga acuan The Fed," kata dia kepada KONTAN, Rabu (9/5).


Dia menghitung, jika ekonomi Indonesia mencapai 5,4% di akhir tahun, maka IHSG berpotensi mencapai 6.800–6.900. Sementara, jika ekonomi di bawah 5,4%, IHSG di akhir 2018 mungkin berkisar antara 6.300–6.500.

Apabila nilai tukar rupiah terus merosot, Aditya memperkirakan tekanan bagi IHSG semakin bertambah. Efek capital outflow diharapkan mereda di semester dua tahun ini, sehingga investor kembali masuk ke Tanah Air.

Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Nathanael Sutyanto menilai, kinerja emiten di kuartal I-2018 akan jadi penentu. Apabila laporan keuangan emiten di kuartal I-2018 tidak begitu baik, plus pertumbuhan ekonomi di bawah ekspektasi, ini jadi peringatan awal bagi pasar dan pemerintah. "Kalau start-nya enggak begitu bagus, bagaimana ke depannya? Ini jadi early warning buat kita, emiten saja sudah mulai enggak perform," ungkap dia.

Selain konsumsi melambat di awal tahun, ada tekanan dari sisi moneter, seperti pelemahan rupiah, yang mengharuskan pemerintah segera memutuskan untuk menyelamatkan pertumbuhan ekonomi atau mengamankan moneter. "Saya lebih memilih moneter. Sebab, pertumbuhan ekonomi siklusnya sudah seperti ini dan kemungkinan enggak beranjak dari 5%," jelas David.

Dia memperkirakan IHSG hanya tumbuh ke level 6.600, lebih rendah dibandingkan proyeksi awal tahun di level 7.000.

Sedangkan Analis Senior Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar konsisten pada proyeksi awal, IHSG di level 6.700 hingga akhir 2018. Prospek pasar masih tumbuh, meski saat ini tertekan faktor eksternal. "Momentumnya di Juni nanti atau di semester kedua. Seharusnya IHSG sudah berada di level strategisnya atau minimal di atas 6.000," kata dia.

Sudah saatnya IHSG mengarah ke level resistance. Meski ada potensi Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan, IHSG diprediksi akan netral, namun tetap optimistis. "Jika ada perubahan (target IHSG) maksimal kami akan merevisi di Juli-Agustus, sembari melihat perkembangan laporan kinerja emiten dan pertumbuhan ekonomi," jelas William.

IHSG juga bisa bergerak menguat bila didorong konsumsi rumah tangga, yang diperkirakan tumbuh 4,95% (yoy). Sumber lonjakan konsumsi berasal dari momentum Idul Fitri, Pilkada, Asian Games, hingga pertemuan IMF-World Bank di Bali. "Akan terdongkrak di semester kedua nanti," ungkap William.

Analis Erdikha Elit Sekuritas, Okky Jonathan, juga masih mempertahankan target IHSG di level 6.400. Ini lantaran sejak Januari 2018 IHSG dianggap sudah terlalu tinggi dan ada potensi koreksi hingga 5.400 di kuartal II-2018. Meski begitu, secara fundamental ekonomi Indonesia masih stabil dengan inflasi terkendali.

"Hingga melewati lebaran, ada kemungkinan IHSG rebound sampai akhir tahun di kisaran 6.300 dan rupiah di Rp 13.800 hingga Rp 13.900 per dollar AS hingga akhir tahun," ujar Okky. Selain momentum Lebaran, IHSG bakal didukung kebijakan BI yang kemungkinan menaikkan suku bunga.

Sedangkan analis Royal Investium Sekuritas Wijen Ponthus menaikkan target IHSG 2018 dari sebelumnya 6.400 menjadi 6.600 hingga 6.700. "Menjelang Lebaran dan Asian Games, seharusnya konsumsi dan investasi meningkat," ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie