KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2017 tampaknya bukan tahun yang baik bagi kebanyakan industri ritel, terutama bagi PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Berdasarkan laporan keuangan, induk usaha Hypermart ini mencatat kerugian senilai Rp 385,6 miliar hingga September 2017 lalu. Padahal, pada periode yang sama di tahun sebelumnya MPPA masih mampu meraih laba bersih Rp 32,6 miliar. Secara bisnis, William Siregar, analis Paramitra Alfa Sekuritas, menilai, struktur keuangan MPPA memang terbilang tidak baik. Perusahaan yang beroperasi sejak 1986 ini memiliki rasio utang yang tinggi. Menurut data, debt equity ratio MPPA saat ini mencapai 200,26%. Untuk itu, menurut William, MPPA harus fokus memperbaiki struktur keuangannya pada tahun ini. Salah satunya dengan melakukan rights issue seperti yang direncanakan pada April mendatang. MPPA berencana menerbitkan 1,95 saham baru dan membidik dana segar sebesar Rp 801,8 miliar. Sebagian besar dana tersebut dialokasikan untuk pelunasan utang.
Analis nilai rights issue tak jitu perbaiki kinerja Matahari Putra Prima
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2017 tampaknya bukan tahun yang baik bagi kebanyakan industri ritel, terutama bagi PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Berdasarkan laporan keuangan, induk usaha Hypermart ini mencatat kerugian senilai Rp 385,6 miliar hingga September 2017 lalu. Padahal, pada periode yang sama di tahun sebelumnya MPPA masih mampu meraih laba bersih Rp 32,6 miliar. Secara bisnis, William Siregar, analis Paramitra Alfa Sekuritas, menilai, struktur keuangan MPPA memang terbilang tidak baik. Perusahaan yang beroperasi sejak 1986 ini memiliki rasio utang yang tinggi. Menurut data, debt equity ratio MPPA saat ini mencapai 200,26%. Untuk itu, menurut William, MPPA harus fokus memperbaiki struktur keuangannya pada tahun ini. Salah satunya dengan melakukan rights issue seperti yang direncanakan pada April mendatang. MPPA berencana menerbitkan 1,95 saham baru dan membidik dana segar sebesar Rp 801,8 miliar. Sebagian besar dana tersebut dialokasikan untuk pelunasan utang.