Analis pasang target Rp 3.400 untuk PGAS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) belakangan menjadi sorotan. Hal ini terkait dengan rencana pemerintah yang ingin melakukan merger dan akuisisi PGAS dengan anak usaha, PT Pertamina, Pertamina Gas (Pertagas) terkait holding migas.

Sebenarnya, hari ini terdapat agenda Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pertamina. Hanya saja, rencana tersebut urung digelar dan terpaksa diundur karena diklaim belum ada Keputusan Menteri Keuangan (KMK) terkait nilai saham pemerintah di PGAS.

Pergerakan saham PGAS pada Senin (19/3) ditutup turun 2,21% menjadi 2.210. Selama sepekan terakhir, saham PGAS sudah turun 12,30% dan selama sebulan terakhir saham PGAS turun 15,33%.


Selama bulan Maret, saham PGAS hanya satu kali ditutup menghijau dan satu kali ditutup bergerak tetap. Sedangkan sebanyak 11 hari ditutup turun.

Data RTI menyebut, sampai 28 Februari 2018 kepemilikan saham PGAS terdiri dari 56,96% milik Pemerintah Indonesia, dan 43,06% milik publik. Jika merujuk pada rencana penggabungan, saham PGAS sebesar 56,96% itu akan dilimpahkan ke Pertamina.

Hal tersebut sesuai dengan aturan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan PT Pertamina.

William Surya Wijaya, Vice President Research Departement Indosurya Bersinar Sekuritas menyatakan saham PGAS saat ini tengah terkonsolidasi. Beberapa waktu lalu, saham ini sempat turun ke level 1.400-an, dan kemudian sempat menyentuh menembus level 2.600an lebih. “Saat ini dia konsolidasi, dan masih bisa bertahan pada kisaran 2.100-2.400,” kata William.

Lebih lanjut dia menyatakan, bila mampu menembus level 2.500, maka akan masuk range konsolidasi baru. Kondisi tersebut dinilai masih cukup wajar saat ini, sebab sudah mengalami kenaikan harga yang signifikan dalam jangka waktu pendek belakangan ini.

Menurutnya, peluang kenaikan PGAS masih ada bila diukur dalam rentang waktu yang panjang ke depan. Namun, PGAS yang terbilang bluechip, pergerakannya juga dipengaruhi oleh IHSG. Bila indeks tertekan, maka PGAS juga bisa tertekan. “Kemungkinan tahun ini bisa meraih target 3.400 tahun ini, masih bisa beli,” terangnya.

Menurutnya, berbicara masalah holding BUMN masih membutuhkan proses, dan tidak bisa serta merta dengan cepat. Untuk bisa mencapai performa itu akan berjalan maksimum atau tidak tergantung dari Pertamina sendiri. Menurutnya, saat ini Pertamina memiliki jaringan distribusi yang cukup besar.

“Ini bisa dimanfaatkan oleh PGAS, sebagai perusahaan distributor, dan butuh jaringan distribusi melalui Pertagas Ini jadi saah satu nilai plus dan pendongkrak kinerja PGAS,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia