KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) menghijau seminggu terakhir. Tercatat sejak 2 Juni hingga 5 Juni 2020, IHSG menguat 4,08% dari sebelumnya level 4.753,61 ke level 4.947,78. Asal tahu saja, sepekan ini IHSG hanya mencatatkan pelemahan di hari Kamis (4/6). Pada saat itu, pergerakannya tertekan 24,302 poin atau 0,49% ke level 4.916,70.
Baca Juga: Saham big cap: Saham ICBP kembali masuk daftar emiten big cap Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan IHSG pekan depan akan bergerak konsolidasi menguat dengan
support di level di 4.851 hingga 4.704. Sementara level
resistance-nya berada di level 5.014 hingga 5.112. Menurut Hans Kwee, sentimen global masih akan mempengaruhi pergerakan IHSG pekan depan, khususnya dari Amerika Serikat dan Eropa. Misalnya, data mengenai tenaga kerja di Amerika Serikat yang lebih baik dibanding ekspektasi pelaku pasar yang diperkirakan menurun. Data pengangguran justru membaik ke level 13,3%, ini mengindikasikan pemulihan ekonomi yang lebih cepat. Adapun terkait kerusuhan yang ada di Amerika Serikat, sejauh ini Hans Kwee melihat hal tersebut tidak mempengaruhi pelaku pasar. Hanya saja, jika berlangsung lama berpotensi merusak kepercayaan konsumen. Selain itu, penyebaran pandemi Covid-19 juga berpotensi meningkat. " Mengganggu rencana pembukaan ekonomi sehingga menganggu tren kenaikan pasar saham," jelas Hans Kwee dalam keterangan yang disampaikan kepada Kontan.co.id, Sabtu (6/6).
Baca Juga: Saham-saham ini turut disebut dalam sidang perdana Jiwasraya, jadi sentimen negatif? Adapun memanasnya hubungan antara Amerika Serikat dan China sejak sepekan lalu diprediksi masih membayangi pergerakan IHSG minggu depan. Sementara itu, terkait sentimen dari Eropa, Hans Kwee melihat ekspansi stimulus oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dapat menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan. Sebab, dana yang digelontorkan yang sebesar 600 miliar euro itu di atas ekspektasi pasar. Akan tetapi, pasar masih akan mewaspadai pertumbuhan ekonomi Eropa, ini menjadi sentimen yang memberatkan. " Kami perkirakan data ekonomi berbagai negara masih akan jelek terimbas penguncian ekonomi akibat pandemi Covid-19," tutup Hans Kwee. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .