JAKARTA. Meski harga batubara melambung dalam sepekan terakhir namun analis menduga tren harga masih berbalut sentimen negatif. Mengutip Bloomberg, Jumat (12/6) harga batubara kontrak pengiriman Agustus 2015 di bursa ICE Commodity Exchange melambung 0,94% ke level US$ 58,65 per metrik ton pada penutupan akhir pekan lalu. Begitu pun dalam sepekan terakhir harga batubara masih tercatat melambung 3,71%. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures bahwa pada musim panas yang juga terjadi di Amerika Serikat, permintaan meningkat karena penggunaan alat pendingin ruangan. “Ditambah lagi menurut data mingguan Energy Information Administration (EIA) AS terjadi penurunan produksi batubara sebesar 6,1%,” papar Deddy. Belum lagi konflik Rusia dan Krimea yang dikhawatirkan mengganggu distribusi. Yang juga bisa menjadi pendorong bagi harga batubara untuk kembali mencuri peluang naik terbatas. Deddy menilai secara jangka panjang, tren harga batubara masih belum berubah yakni tetap bearish. Pasalnya tekanan global begitu tinggi. Mulai dari fluktuatifnya harga minyak dunia hingga murahnya harga gas alam yang diperdagangkan di pasar global menjadi beban harga. Isu penggunaan energi rama lingkungan juga membuat posisi batubara masih sulit. “Harga gas alam yang murah dan kelebihan gas alam yang ramah lingkungan membuat pelaku pasar lebih tertarik kepada gas alam,” tambah Deddy. Begitu pun dari sisi teknikal pergerakan harga. “Jika harga belum mampu menembus level US$ 63 – US$ 64 per metrik ton harga sulit mempertahankan penguatan dan mengubah tren jangka pendek,” papar Deddy. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Analis: Penguatan batubara masih rawan koreksi
JAKARTA. Meski harga batubara melambung dalam sepekan terakhir namun analis menduga tren harga masih berbalut sentimen negatif. Mengutip Bloomberg, Jumat (12/6) harga batubara kontrak pengiriman Agustus 2015 di bursa ICE Commodity Exchange melambung 0,94% ke level US$ 58,65 per metrik ton pada penutupan akhir pekan lalu. Begitu pun dalam sepekan terakhir harga batubara masih tercatat melambung 3,71%. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures bahwa pada musim panas yang juga terjadi di Amerika Serikat, permintaan meningkat karena penggunaan alat pendingin ruangan. “Ditambah lagi menurut data mingguan Energy Information Administration (EIA) AS terjadi penurunan produksi batubara sebesar 6,1%,” papar Deddy. Belum lagi konflik Rusia dan Krimea yang dikhawatirkan mengganggu distribusi. Yang juga bisa menjadi pendorong bagi harga batubara untuk kembali mencuri peluang naik terbatas. Deddy menilai secara jangka panjang, tren harga batubara masih belum berubah yakni tetap bearish. Pasalnya tekanan global begitu tinggi. Mulai dari fluktuatifnya harga minyak dunia hingga murahnya harga gas alam yang diperdagangkan di pasar global menjadi beban harga. Isu penggunaan energi rama lingkungan juga membuat posisi batubara masih sulit. “Harga gas alam yang murah dan kelebihan gas alam yang ramah lingkungan membuat pelaku pasar lebih tertarik kepada gas alam,” tambah Deddy. Begitu pun dari sisi teknikal pergerakan harga. “Jika harga belum mampu menembus level US$ 63 – US$ 64 per metrik ton harga sulit mempertahankan penguatan dan mengubah tren jangka pendek,” papar Deddy. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News