Analis: PER tinggi tak serta-merta bikin IHSG kehilangan pesona



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Price to earning ratio (PER) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbilang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan indeks lain di Asia seperti Nikkei 225, Korea Stock Composte Index (KOSPI), dan Straits Time Index (STI). Mengutip Bloomberg, IHSG mencatatkan PER atau valuasi dengan nilai 19,5 kali.

Sebagai informasi, PER merupakan cara yang digunakan untuk menganalisa saham suatu perusahan. PER secara sederhana adalah rasio harga saham dibandingkan dengan laba bersih per saham terkecil dari sebelumnya. Semakin tinggi nilai PER, maka perhitungan saham menjadi semakin mahal.

Menurut Analis Panin Sekuritas William Hartanto, tingginya nilai PER IHSG tidak serta merta membuat IHSG menjadi tidak menarik atau terlampau mahal bagi investor. Pasalnya, tingginya nilai PER IHSG lebih disebabkan oleh sejumlah saham yang mengalami penguatan signfikan selama sebulan terakhir.


“PER itu didapat dari harga, harga saham Indoensia banyak yang menguat, maka PER IHSG ikut naik, berbeda dengan indeks saham lain sepeti STI dan Nikkei 225 yang mengalami penurunan,” kata dia ketika dihubungi oleh Kontan.co.id Kamis (6/12).

Ia menyebut dengan nilai PER 19,5 kali IHSG berpeluang menguat pada penutupan perdagangan tahun ini di kisaran 6.300-6.500.

Sementara itu Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan, tingginya nilai PER IHSG tidak berlaku bagi saham emiten di beberapa sektor usaha. “Contoh, emiten konstruksi dan pertambangan itu nilai PER-nya masih di bawah 15 atau 10, secara valuasi menarik untuk dicermati,” kata dia.

Ia menyarankan kepada pelaku pasar agar mencermati fundamental dari masing-masing emiten sebelum berinvestasi di pasar modal. Pasalnya, nilai PER tidak serta merta bisa dijadikan acuan untuk melakukan investasi. “Posisi sebuah indeks apabila diukur menggunakan PER ini menurut saya masih terlalu dini, karena secara potensi kita masih akan terus tumbuh,” kata dia.

IHSG diproyeksikan akan mengalami tren peningkatan dalam jangka panjang. Peningkatan tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tentunya ikut meningkatkan kepercayaan investor di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati