Analis: Perang dagang AS-China jadi pemberat laju harga minyak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terkoreksi pada perdagangan hari ini. Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi menilai eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China yang dikhawatirkan kembali terjadi tampaknya menjadi sentimen penggerak harga minyak.

Rabu (9/5) pukul 16.41 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2019 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 61,99 per barel, turun 0,2% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 62,12 per barel.

Meski semalam Energy Information Administration (EIA) melaporkan pengurangan persediaan minyak mentah AS yang signifikan, namun hal ini sepertinya tidak membuat harga minyak bergerak menguat dan cenderung melemah.


Semalam, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan tetap menaikkan tarif impor China sebesar 25% karena Trump menilai China masih melanggar kesepakatan yang merugikan AS.  Kekhawatiran terus meningkat setelah Trump juga mengatakan bahwa dia tidak masalah jika perang dagang ini terus berlanjut karena dirinya melakukan itu untuk melindungi perekonomian AS.

“Perang dagang turut menjadi katalis penggerak harga minyak karena ini menimbulkan kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang berdampak pada berkurangnya permintaan terhadap minyak mentah,” kata Dini dalam analisisnya, Kamis (9/5).

Menurutnya potensi pelemahan harga minyak selanjutnya jika mampu tembus US$ 61,10 per barel, maka harga berpeluang besar lanjut melemah mengincar area US$ 60,60 per barel di mana resistance terdekat di US$ 62,10 per barel. “Selama bergerak di bawah level tersebut, harga minyak berpotensi melemah,” tutur Dini.

Untuk perdagangan selanjutnya Dini memprediksi harga minyak bakal berada di level support antara US$ 61,10, US$ 60,60, dan US$ 60,00 per barel. Sementara level resistance antara US$ 62,10, US$ 62,40, dan US$ 62,80 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi