KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah global diprediksi masih dalam tren
bearish. Bahkan, bukan tidak mungkin harga minyak mentah menyentuh level US$ 20 per barel, mengingat pada awal pekan ini, harganya sudah sempat menembus level psikologis yakni di bawah US$ 30 per barel Sebagaimana diketahui, Senin (9/3) pukul 12.30 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman April 2020 di ICE Futures turun 31,69% ke level US$ 28,20 per barel. Namun, pada pukul 17.27 WIB, harga minyak WTI sudah kembali
rebound dan kembali ke level US$ 31,87 per barel.
Baca Juga: Waduh, harga minyak WTI anjlok ke US$ 28,12 dan Brent jatuh ke US$ 32,12 per barel Analis Capital Central Futures Wahyu Laksono mengatakan, koreksi harga minyak terjadi setelah Arab Saudi mengibarkan perang harga dengan memangkas harga jual resminya. Alhasil, harga minyak mentah dunia langsung ambles di perdagangan awal pekan ini. "Sentimen kali ini bukan soal virus corona lagi, ini soal Arab Saudi," kata dia, Senin (9/3). Wahyu menambahkan, jika selama ini harga minyak global terus ditahan oleh kebijakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memangkas produksi, kini yang terjadi justru sebaliknya. Rencana OPEC yang dikomandoi Arab Saudi menambah pemangkasan produksi ditolak Rusia dan akhirnya menyebabkan perang harga. Untuk itu, pasar masih akan menunggu kesepakatan baru antara kedua produsen minyak ini agar harga minyak kembali stabil. Namun, jika kondisi tersebut berlarut, Wahyu menilai peluang harga minyak menyentuh level US$ 20 per barel cukup memungkinkan. Selanjutnya, Wahyu merekomendasikan investor untuk menunggu pergerakan minyak selanjutnya, mengingat level saat ini sudah jadi yang terendah sepanjang sejarah. Bagi yang ingin jual, dia menyarankan untuk lebih berhati-hati mengingat kondisi pasar cukup volatil saat ini.
Baca Juga: Harga minyak jemblok, saham Saudi Aramco anjlok 10% hari ini "Saya rekomendasikan untuk
wait and see, butuh waktu pastinya sekitar satu hingga dua bulan. Tapi jika waktunya tepat, harga minyak masih bisa pulih kembali ke kisaran US$ 50 per barel," ujarnya. Adapun bagi investor yang ingin melakukan beli di harga minyak saat ini, Wahyu menekankan bahwa investor tersebut haru berani mengalami
floating loss di US$ 10 per barel. Apapun itu, baik
hold ataupun beli di harga rata-rata, akan ada kemungkinan
floating loss. "Kalau tidak siap anjlok hingga US$ 10 per barel, maka jangan beli," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari