JAKARTA. Sentimen perlambatan ekonomi Amerika Serikat menjadi salah satu faktor yang menopang rupiah mengalami apresiasi pada perdagangan Senin (30/1). Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan revisi data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal empat 2016 yang di bawah ekspektasi menjadi salah satu penyebab utama dolar AS mengalami depresiasi terhadap mayoritas mata uang global. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS kuartal empat turun ke 1,9 %. Hasil PDB AS itu, lanjut dia, juga turut membuat ekspektasi pasar terhadap suku bunga acuan bank sentral AS (Fed Fund Rate) yang dijadwalkan pada pekan ini masih akan dipertahankan.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa munculnya potensi pemangkasan prospek utang Tiongkok oleh lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) dapat menopang dollar AS kembali. Di sisi lain, ia juga mengatakan penguatan rupiah bisa tertahan merespon inflasi Januari 2017 yang diperkirakan naik. Namun diharapkan naiknya inflasi dapat terbatas dan belum memicu kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. "Pasca data inflasi, fokus pasar perlahan akan tertuju pada pertumbuhan PDB Indonesia periode kuartal empat 2016 yang dijadwalkan rilis pada pekan pertama Februari 2017," katanya dikutip dari Antara. Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa laju rupiah kembali mencoba menguat dengan memanfaatkan kondisi pelemahan dollar AS di pasar global. Diharapkan skenario itu masih dapat berlanjut sehingga rupiah tetap dapat dalam tren penguatannya.