Analis Pertahankan Target IHSG Akhir Tahun, Saham-saham Ini Bisa Ditimbang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,46% ke level 6.994,39 di akhir perdagangan Senin (10/10). Meski begitu, analis memperkirakan masih ada sejumlah sentimen positif yang mendukung pergerakan IHSG.

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menilai, koreksi yang terjadi pada Senin (10/10) masih tergolong wajar di tengah berbagai sentimen global dan domestik.

Dari eksternal, pada Jumat (7/10) ada rilis klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) yang turun ke 3,5% di periode September 2022. Ia bilang, hal ini menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja tetap kuat meski The Fed menaikkan suku bunga secara agresif di sepanjang tahun 2022.


Baca Juga: IHSG Melemah 0,46% ke 6.994 di Akhir Perdagangan Senin (10/10)

Di sisi lain, inflasi AS masih 4 kali lipat di atas target The Fed, sehingga membuka peluang The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga secara agresif. Nah, ini tak disukai pasar saham karena kenaikan bunga akan menggerus laba emiten. 

"Koreksi pada Senin (10/10) tidak terlepas dari sentimen risk off global untuk merespons hal tersebut," katanya, Senin (10/10).

Secara historis, Cheril menjelaskan pada Oktober memang lazim terjadi koreksi pada bursa saham. Dengan fundamental perekonomian Indonesia yang relatif kuat, ia masih mempertahankan target IHSG pada akhir tahun di 7.500. Hanya saja, dalam jangka pendek IHSG bisa menuju ke support 6.850.

Ke depannya, Cheril memandang masih ada sejumlah sentimen positif dan negatif yang akan menyetir pergerakan IHSG. Pertama, potensi penurunan konsumsi pasca kenaikan harga BBM. 

Seperti diketahui ada rilis data penjualan ritel pada Selasa (11/10). Lalu, peluang The Fed menaikkan suku bunga secara agresif, hingga pelemahan nilai tukar rupiah dapat menghambat pergerakan IHSG.

"Indonesia sebagai negara produsen komoditas, dimana harganya sedang melonjak tinggi dan fundamental ekonomi Indonesia masih kondusif menjadi katalis positif untuk pergerakan IHSG," tambah Cheril.

Analis Henan Putihrai Jono Syafei menambahkan, potensi window dressing yang biasanya mulai terlihat pada bulan Oktober dapat menopang IHSG. Jono masih berekspektasi IHSG dapat kembali meningkat ke level 7.300 di akhir tahun ini.

Menurut Jono, indeks saham secara global memang masih tertekan dengan berbagai sentimen negatif yang ada, dari harga komoditas energi yang tinggi, inflasi, kenaikan suku bunga, ancaman resesi, ditambah konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung.

Dalam jangka pendek, Jono melihat IHSG berpotensi konsolidasi dengan kisaran 6.926-7.135. Jono melanjutkan, dibukanya pembatasan sosial dan perjalanan terutama untuk wisatawan asing bisa jadi katalis positif untuk IHSG. 

Selain itu, membaiknya perekonomian Indonesia karena ekspor yang kuat dan usaha pemerintah untuk terus menarik investasi asing juga bisa mengangkat pergerakan IHSG.

"Sentimen negatif ada potensi perlambatan ekonomi terutama pada negara-negara mitra dagang Indonesia seperti China, AS, India dan lainnya," imbuh Jono.

Ia menyarankan agar investor saat ini lebih baik tidak terlalu agresif dulu di saham. Jika mau, sambungnya, pelaku pasar dapat mencicil saham-saham bluechip yang memiliki kinerja stabil, neraca kuat dan valuasi terdiskon, dengan harapan di akhir tahun harga sahamnya akan terapresiasi.

Beberapa saham yang dapat diperhatikan antara lain BBRI dengan target harga di Rp 5.150, ASII dengan target harga di Rp 8.500, TLKM dengan target harga di Rp 5.500, dan AKRA dengan target harga di Rp 1.600.

Cheril juga merekomendasikan buy on weakness saham-saham big caps dari sektor perbankan, konsumen primer, dan komoditas energi dengan target penguatan 10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi