Analis Proyeksi Harga Komoditas Logam Mulia Bakal Menguat di Akhir Tahun 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ketidakpastian ekonomi dan isu penurunan suku bunga oleh The Fed, komoditas logam mulia seperti emas dan perak merupakan instrumen safe haven.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (15/8) pukul 19.12 WIB harga emas spot berada di level US$ 2.465,36 per ons troi, naik 0,71% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 2.447,85 per ons troi. 

Sedangkan untuk harga perak berada di level US$ 28,368 per ons troi, naik 2,9% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 27,568 per ons troi.


Baca Juga: Harga Emas Spot Kembali Naik ke US$2.458,74 pada Kamis (15/8) Sore

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menjelaskan harga komoditas yang termasuk logam mulia pada Rabu (14/8), kemarin ditutup sedikit lebih rendah dari biasanya. Hal ini karena Harapan pasar pasar sedikit turun terhadap penurunan suku bunga 50 basis poin pada bulan depan, sehingga membebani harga emas.

“Pasar swap telah memperkirakan hanya 41% peluang untuk penurunan suku bunga 50 basis poin, turun dari 75% minggu lalu,” kata Sutopo kepada KONTAN, Kamis (15/8).

Selain itu, Rabu (14/8) indeks S&P 500 mencapai level tertingginya sehingga mengekang permintaan safe haven untuk logam mulia. Sementara untuk perak, laporan yang menunjukkan penurunan tak terduga dalam produksi industri Zona Euro pada bulan Juni menjadi faktor bearish untuk permintaan logam industri. 

Kendati demikian, logam mulia yang dianggap sebagai save haven masih berpeluang mengalami penguatan pada akhir tahun ini. 

Sutopo menjelaskan salah satu sentimennya berdasarkan Laporan CPI AS Juli yang memperkuat prospek The Fed untuk memangkas suku bunga pada pertemuan FOMC 17-18 September, serta imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih rendah sehingga menjadi faktor yang menguntungkan bagi harga komoditas logam mulia. 

Ia menambahkan serangan Iran terhadap Israel mungkin akan segera terjadi sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas baru-baru ini di Teheran. Hal tersebut semakin mendukung penguatan harga logam mulia, terkhusus emas.

Berdasarkan analisa ini, Sutopo memperkirakan untuk emas akan diperdagangkan dengan harga US$ 2.400 per ons troi pada akhir kuartal ini. Sementara pada akhir tahun harga emas diproyeksi berada di level US$ 2.500 per ons troi.

Untuk perak, Sutopo memperkirakan harganya akan menyentuh US$ 28,00 per ons troi pada akhir kuartal ini. Sedangkan untuk akhir tahun diprediksi berada di level US$ 30,00 per ons troi.

Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono memproyeksi komoditas logam mulia akan mengalami kenaikan dalam jangka menengah maupun jangka panjang. Hal ini karena fundamental moneter The Fed yang sedang bergeser ke pelonggaran.

Wahyu menjelaskan harga emas sempat naik mendekati ATH ke US$ 2477 di awal atau pekan pertama Agustus, yang merupakan respon terhadap data NFP dan tingkat pengangguran tingkat AS yang ternyata hasilnya buruk. 

Baca Juga: Emas Diprediksi Melaju, Perak Dibayangi Tekanan Industri

Namun pada pertengahan pekan lalu harga emas terkoreksi karena teknikal overbought alias harganya naik terlalu tinggi dan terlalu cepat sehingga rentan terhadap koreksi.

Meski begitu, Wahyu yakni harga emas akan menguat pada akhir tahun karena FOMC hampir pasti memangkas suku bunga didukung pelemahan inflasi dan pasar tenaga kerja.

“Isu moneter global terutama The Fed jika cut rate cenderung memperbanyak jumlah uang beredar, apalagi adanya stimulus dan money printing. Jadi nilai USD akan melemah sebaliknya harga emas naik,” kata Wahyu kepada KONTAN, Kamis (15/8).

Dalam jangka menengah, Wahyu memprediksi harga emas masih bullish mendekati US$ 2.500 per ons troi. Sedangkan untuk jangka panjang sangat potensial naik mendekati atau bahkan melampaui US$  3.000 per ons troi.

Sementara untuk perak, Wahyu mengamati masih ada potensi untuk bullish walaupun saat ini masih terkoreksi pasca mendekati level US$ 32 per ons troi.

Untuk akhir tahun, ia memproyeksi harga perak akan ada di kisaran US$ 30 per ons troi. Sedangkan untuk jangka panjang diperkirakan mampu mendekati US$ 40 bahkan lebih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi