Analis: Rating S&P tentukan prospek obligasi



JAKARTA. Sejumlah emiten ramai-ramai merilis obligasi. Terbaru, PT Indosat Tbk (ISAT) yang merilis obligasi dan sukuk dengan perolehan dana maksimal Rp 3 triliun. Demikian pula dengan PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII). Perseroan merilis surat utang dengan nilai emisi maksimal Rp 500 juta.

Jemmy Paul, Investment Director Sucorinvest Asset Management bilang, tren penerbitan obligasi memang masih cukup menarik, setidaknya hingga kuartal kedua nanti. Sebab, tren suku bunga sedang rendah. Efeknya, biaya dana atau cost of fund penerbitan obligasi menjadi lebih murah.

Belum lagi ada sentimen Standard & Poor's (S&P). Jemmy optimistis, S&P bakal menaikan rating investasi Indonesia. Jika benar dinaikkan, prospek pasar obligasi menjadi lebih menarik.


"Jika rating dinaikan, kami memprediksi yield obligasi kita bisa turun antara 50 bps hingga 100 bps," jelas Jemmy, Kamis (27/4).

Dengan begitu, tren penerbitan obligasi menjadi lebih ramai. Gambarannya, selama ini emiten penerbit obligasi perlu menawarkan kupon hingga 10%. Tapi, dengan penurunan yield tersebut, kupon yang ditawarkan bisa menjadi lebih rendah, misalnya jadi sekitar 9%. "Ini lumayan, kan, cost of fund nanti jadi lebih murah," imbuh Jemmy.

Namun, prospek menariknya pasar obligasi baru terlihat hingga kuartal II nanti. Untuk kuartal III dan IV, sepertinya perlu wait and see terlebih dahulu. "Karena nanti bisa saja pada kuartal itu ada sentimen negatif dari The Fed," pungkas Jemmy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini